kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.946.000   -2.000   -0,10%
  • USD/IDR 16.422   -120,00   -0,73%
  • IDX 7.488   -50,08   -0,66%
  • KOMPAS100 1.052   -7,08   -0,67%
  • LQ45 788   -8,40   -1,05%
  • ISSI 254   -1,92   -0,75%
  • IDX30 412   -0,48   -0,12%
  • IDXHIDIV20 468   0,74   0,16%
  • IDX80 119   -1,01   -0,85%
  • IDXV30 122   -0,16   -0,13%
  • IDXQ30 131   0,36   0,27%

Indonesia Juara Satu Ekspansi Tambang Batubara di Asia Tenggara


Senin, 04 Agustus 2025 / 12:33 WIB
Indonesia Juara Satu Ekspansi Tambang Batubara di Asia Tenggara
ILUSTRASI. Sebuah kapal tongkang pengangkut batubara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (18/6/2025). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/tom. Indonesia memimpin perluasan kapasitas tambang batubara di kawasan Asia Tenggara dengan ekspansi 31 juta ton per tahun.


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia memimpin perluasan kapasitas tambang batubara di kawasan Asia Tenggara dengan ekspansi 31 juta ton per tahun atau million tonnes per annum (Mtpa) dari proyek yang sedang dikembangkan.

Menurut temuan yang dipublikasikan Global Energy Monitor (GEM) dalam laporan terbarunya yang berjudul Still digging 2025: Tracking global coal mine proposals, dari 31 Mtpa proposal tambang batubara di Indonesia, sebanyak 15 Mtpa dalam tahap konstruksi dan 16 Mtpa dalam perencanaan.

Sekitar 94% dari proyek tambang baru tersebut ditujukan untuk memproduksi batubara termal guna memenuhi pembangkit listrik domestik dan pasar ekspor.

Namun, tercatat juga terdapat lebih dari 40 proyek baru di Indonesia masih berada di tahap sangat awal tanpa data kapasitas yang jelas.

Tak hanya itu, dari sekitar 135 Mtpa kapasitas tambang batu bara dalam perencanaan di 12 negara Asia –kecuali China- Indonesia dan Pakistan berkontribusi lebih dari setengahnya.

Baca Juga: China Kembangkan 450 Lokasi Tambang Batubara, Bakal Lampaui Produksi Australia dan RI

GEM juga melaporkan, tak hanya batubara termal, saat ini pemerintah sedang gencar mengeksplorasi cadangan batu bara metalurgi (coking coal) dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan impor dari Rusia, Australia, dan China.

Meski begitu, Dorothy Mei, Manajer Proyek Global Coal Mine Tracker GEM menyebut sektor batubara Indonesia saat ini menghadapi risiko keekonomian dan ancaman menjadi stranded asset karena anjloknya volume ekspor.

“Hal ini terlihat pada awal 2025 ketika ekspor batu bara Indonesia anjlok ke titik terendah dalam tiga tahun, akibat meningkatnya produksi domestik di kedua negara (China dan India0 tersebut,” kata Dorothy dalam keterangan tertulis yang diterima, Senin (04/08).

Asal tahu saja, saat ini tercatat terdapat 2.270 Mtpa proyek batu bara dalam berbagai tahap pengembangan di 30 negara di dunia.

Secara global, Indonesia menempati peringkat 8 negara dengan proposal tambahan kapasitas tambang batu bara terbesar, sementara China memimpin dengan margin yang sangat signifikan dengan tambahan kapasitas mencapai 1.350 Mtpa.

Peningkatan tambang batubara yang masif ini berpotensi menaikkan emisi gas rumah kaca metana dan memperburuk krisis iklim.

Jika semua proposal tambang baru ini terealisasi, diperkirakan terdapat 15,7 juta ton metana akan dilepas ke udara setiap tahunnya atau setara 1,3 miliar ton CO?e, melebihi total emisi tahunan Jepang pada 2022.

Alhasil, emisi gas rumah kaca global akan melejit menjadi 6 miliar to CO?e, setara dengan emisi Amerika Serikat sebagai polutan terbesar kedua dunia.

Padahal, dari 30 negara dengan proyek tambang batu bara baru dalam pengembangan, 21 diantaranya merupakan penandatangan Global Methane Pledge –termasuk Indonesia. Meski demikian, hanya beberapa negara yang telah menyampaikan rencana mitigasi metana yang konkret.

“Jika negara-negara ini benar-benar berkomitmen pada target iklim mereka, solusinya bukanlah melanjutkan pengembangan tambang batu bara dengan aksi mitigasi yang tidak jelas, tetapi menghentikan proyek baru sepenuhnya. Strategi paling efektif untuk ini sangat jelas, yakni biarkan batu bara tetap di dalam tanah,” ungkap Peneliti Senior GEM, Tiffany Means.

Senada, Wicaksono Gitawan, Policy Strategist CERAH, menyatakan bahwa tindakan Indonesia untuk mendorong ekspansi tambang batu bara tidak sesuai dengan target transisi energi dan komitmen iklim sesuai Perjanjian Paris.

“Dibanding ekspansi batu bara, seharusnya pemerintah mulai serius menyiapkan kebijakan dan langkah konkret untuk meningkatkan kapasitas energi terbarukan dengan lebih masif dan menghentikan penggunaan batu bara secara berlebihan,” tutup Wicaksono.

Baca Juga: 6 Proyek Hilirisasi Batubara Jadi DME, Pengusaha Tambang Akui Pasar Masih Belum Jelas

Selanjutnya: Sistem Resi Gudang Dongkrak Ekspor, 57,6 Ton Kopi RI Tembus Pasar China

Menarik Dibaca: Promo Bundling JCO Sweet Delights 4-10 Agustus, Donut + 1 Liter Minuman Harga Spesial

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×