kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.904.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.295   -10,00   -0,06%
  • IDX 7.113   44,39   0,63%
  • KOMPAS100 1.038   7,95   0,77%
  • LQ45 802   5,08   0,64%
  • ISSI 229   1,99   0,87%
  • IDX30 417   1,49   0,36%
  • IDXHIDIV20 489   1,52   0,31%
  • IDX80 117   0,66   0,57%
  • IDXV30 119   -0,75   -0,63%
  • IDXQ30 135   0,08   0,06%

Indonesia masih bergantung bahan peledak impor


Selasa, 04 Oktober 2011 / 09:08 WIB
Indonesia masih bergantung bahan peledak impor
ILUSTRASI. Kawasan industri terintegrasi PT Puradelta Lestari Tbk, Cikarang, Jawa Barat./pho KONTAN/Carolus AGus Waluyo.


Reporter: Sofyan Nur Hidayat | Editor: Edy Can

KARAWANG. Kebutuhan bahan peledak berkekuatan kecil (low explosive) untuk bahan tambang di Indonesia terus meningkat. Sayangnya, industri dalam negeri tidak sanggup memenuhi seluruh kebutuhan itu. Walhasil, Indonesia pun ketergantungan dengan bahan peledak impor. Tahun ini, kebutuhan material bahan peledak alias amonioum nitrat (AN) mencapai 470.000 ton, 70% di antaranya impor.

MS Hidayat, Menteri Perindustrian, mengatakan, Indonesia akan terus bergantung pada bahan peledak impor. Soalnya, pertumbuhan industri tidak sebanding dengan permintaan barang. Tahun 2012, kebutuhan AN bisa mencapai 550.000 ton. "Kebutuhan selalu meningkat seiring ramainya pembukaan lahan baru pertambangan, tapi industri bahan peledak cenderung stagnan," kata Hidayat, Senin (3/10).

Menurut Hidayat, kebutuhan AN yang besar seharusnya bisa mendorong pertumbuhan industri bahan peledak. Apalagi, di Indonesia mudah mendapatkan bahan bakunya. Bahan baku AN adalah amonia yang bisa dipasok dari perusahaan pupuk seperti Pupuk Kujang dan Pupuk Kaltim.

Menyadari potensi pasar yang besar, PT Multi Nitrotama Kimia (MNK), satu-satunya produsen AN di Indonesia pun semakin ekspansi. Perusahaan ini menambah kapasitas produksi sebesar 100.000 ton dengan membangun pabri baru di Cikampek, Karawang, Jawa barat. "Kebutuhan pasar besar, kita harus bisa memenuhinya daripada diambil oleh perusahaan di luar negeri," jelas Dharma Djojonegoro, Direktur Utama MNK.

Selama ini, MNK hanya memiliki satu pabrik berkapasitas 39.000 ton. Namun, mereka bisa menguasai pasar hingga 30%. "Soalnya, MNK membeli AN dari Thailand, Australia, dan Chili," kata Dharma.

Hal itu karena MNK ingin menjaga agar konsumennya tidak lari. Saat kebutuhan konsumen terus naik, MNK terpaksa membeli AN dari perusahaan lain di luar negeri untuk mencukupinya. Catatan saja, 70% penjualan bahan peledak MNK untuk pertambangan batubara, kemudian tambang tembaga dan emas 20%, sisanya pertambangan lain-lain. Salah satu contoh konsumen MNK adalah PT Adaro Energy.

Dharma bilang, dengan penambahan pabrik itu, ketergantungan bahan peledak impor bakal berkurang. Ia menargetkan bisa menguasai pasar domestik sebanyak 40% pada tahun 2012 mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×