kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Indonesia kembangkan teknologi produksi garam


Minggu, 08 April 2018 / 20:47 WIB
Indonesia kembangkan teknologi produksi garam
ILUSTRASI. Garam dapur


Reporter: Abdul Basith | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia berupaya mengembangkan produksi garam rakyat untuk memenuhi kebutuhan nasional. Fokus pengembangan produksi garam dalam negeri adalah peningkatan kualitas serta efisiensi harga.

Dua fokus pengembangan itu diyakini bisa meningkatkan daya saing garam rakyat. "Dua hal tersebut untuk menjawab tantangan pergaraman nasional. Yakni, bagaimana membuat garam bagus dengan kualitas hampir sama dengan impor, tetapi dengan harga lebih murah," ujar Zaki Mahasin, Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Pemanfaatan Air Laut dan Biofarmakologi, Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) kepada Kontan.co.id, Minggu (8/4).

Salah satu model peningkatan mutu garam rakyat adalah dengan menerapkan model bestekin. Teknologi bestekin diyakini mampu meningkatkan kualitas garam dengan proses yang lebih cepat.

Zaki menyatakan, KKP telah menggelar pelatihan teknologi bestekin dalam proses produksi garam rakyat. Setelah pelatihan, dilakukan replikasi di 17 titik dengan luas lahan sekitar 1 hektare (ha) per titik.

Proses replikasi tidaklah mudah. Sebab perlu pelatihan lanjutan bagi petani garam serta penyiapan lahan lanjutan. Apabila replikasi area produksi ini berhasil dituntaskan tahun 2018, Zaki menyatakan, model pengembangan garam berbasis bestekin bisa dilakukan secara nasional pada tahun 2019.

Dia optimistis, kualitas dan harga garam lokal bisa bersaing garam impor jika proses produksinya dilakukan secara nasional. "Skala produksi yang besar bisa membuat biaya lebih rendah dan harga juga bersaing ," tandas Zaki.

Zaki menambahkan, hasil produksi garam dengan teknologi bestekin tersebut tidak hanya memperbaiki kualitas. Teknologi ini juga mendorong peningkatan jumlah produksi.  Dia menghitung, jumlah produksi garam dengan teknologi bestekin seluas 1 ha, setara dengan hasil dari areal 10 ha lahan garam konvensional.

Meski begitu, Zaki mengakui bahwa kebutuhan investasi untuk teknologi tersebut tergolong besar. Nilai investasi produksi garam bestekin mencapai sekitar Rp 2 miliar per ha. "Tapi investasi itu hanya untuk tahap pertama, proses selanjutnya lebih efisien," kata Zaki.

Sebagai catatan, produksi garam menggunakan teknologi bestekin sudah diuji-coba oleh anggota Koperasi Sekunder Induk Garam Nasional (SIGN). Hasil produksi garam koperasi yang berada di bawah KKP ini diklaim lebih unggul dibandingkan dengan proses produksi konvensional.

Untuk membiayai investasi, Koperasi SIGN menjalin kerjasama dengan perbankan. "Program ini didukung pembiayaan dari BNI," kata Jakfar Sodikin, Kepala Divisi Humas Koperasi SIGN).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×