kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.968.000   8.000   0,41%
  • USD/IDR 16.296   -38,00   -0,23%
  • IDX 7.118   -48,47   -0,68%
  • KOMPAS100 1.035   -9,01   -0,86%
  • LQ45 795   -6,82   -0,85%
  • ISSI 230   -1,51   -0,65%
  • IDX30 414   -1,63   -0,39%
  • IDXHIDIV20 485   -0,53   -0,11%
  • IDX80 116   -0,98   -0,84%
  • IDXV30 119   0,20   0,16%
  • IDXQ30 133   -0,23   -0,17%

Industri Alas Kaki Tarik Investasi Rp 8 Triliun dari 12 Perusahaan Asing


Senin, 16 Juni 2025 / 16:51 WIB
Industri Alas Kaki Tarik Investasi Rp 8 Triliun dari 12 Perusahaan Asing
ILUSTRASI. sepanjang Januari - Mei 2025, ada 12 perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) di subsektor alas kaki yang siap berinvestasi dengan total investasi Rp 8 triliun.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek industri alas kaki berpotensi kembali mendaki seiring rencana investasi dari sejumlah perusahaan asing. Minat investasi ini menjadi angin segar di tengah tekanan pada industri alas kaki nasional.

Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Taufiek Bawazier mengungkapkan sepanjang Januari - Mei 2025, ada 12 perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) di subsektor alas kaki yang siap berinvestasi. Total nilai investasi tersebut mencapai Rp 8 triliun.

Kemenperin belum membuka data perusahaan mana saja yang akan membangun pabrik alas kaki di Indonesia. Taufiek hanya memberikan gambaran bahwa kapasitas produksi dari rencana investasi tersebut mencapai 64,6 juta pasang sepatu dan 214,6 juta pasang komponen alas kaki.

Investasi tersebut diestimasikan akan menyerap tenaga kerja lebih dari 80.000 orang.

“Ini adalah sinyal bahwa Indonesia masih menjadi destinasi investasi industri padat karya berorientasi ekspor,” kata Taufiek melalui keterangan tertulis, Kamis (12/6).

Baca Juga: Ekspor Sepatu Nike ke India, Kemenperin Ungkap Potensi Industri Alas Kaki Indonesia

Direktur Industri Tekstil, Kulit dan Alas Kaki Kemenperin, Rizky Aditya Wijaya sebelumnya mengungkapkan bahwa investasi baru di industri alas kaki melirik sejumlah wilayah. Di antaranya adalah Majalengka, Jepara, Indramayu dan Brebes.

Kemenperin ingin menguatkan kembali posisi industri alas kaki Indonesia dalam rantai nilai global. Adanya investasi baru diharapkan bisa menggenjot ekspor produk alas kaki dengan perluasan pasar ke sejumlah negara.

Adapun, aksi terbaru dilakukan oleh PT Selalu Cinta Indonesia (SCI). Perusahaan yang berlokasi di Salatiga, Jawa Tengah ini merupakan produsen alas kaki merek Nike.

SCI telah melakukan ekspor alas kaki ke India sebanyak 124.117 pasang sepatu atau senilai US$ 2 juta pada Mei 2025. SCI menargetkan ekspor sebanyak 227.654 pasang atau senilai US$ 3,4 juta hingga September 2025.

Tantangan Industri Alas Kaki

Taufiek tidak menampik adanya sejumlah tantangan yang membayangi industri alas kaki. Dia mencontohkan kebijakan Quality Control Orders (QCO) sebagai tantangan ekspor ke India.

QCO mulai diberlakukan oleh Pemerintah India pada Juli 2024. Kebijakan tersebut mewajibkan produk alas kaki yang masuk ke pasar India untuk mendapatkan sertifikasi Bureau of Indian Standard (BIS).

“Kendala terbesar bukan pada kualitas produk, tetapi terbatasnya sumber daya auditor dari BIS, yang sempat menghambat proses audit di lapangan,” jelas Taufiek.

Baca Juga: Perjanjian IEU CEPA Buka Peluang Ekspor Lebih Banyak bagi Minyak Sawit & Alas Kaki

Pemerintah Indonesia pun telah mengangkat isu tersebut dalam forum Technical Barriers to Trade (TBT) World Trade Organization (WTO) sebagai Specific Trade Concern (STC). Pemerintah mendorong agar penerapan QCO lebih realistis dan terbuka terhadap kerja sama dengan lembaga sertifikasi global yang kredibel.

"Berbagai upaya diplomatik dan teknis dilakukan secara simultan, dan membuahkan hasil. Nike Indonesia kembali menembus pasar India, salah satunya melalui kontribusi dari PT Selalu Cinta Indonesia,” ujar Taufiek.

Taufiek berharap industri alas kaki Indonesia mampu memperluas ekspansi ke kawasan Asia Selatan, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin. Adapun, nilai ekspor produk alas kaki Indonesia pada periode Januari–Maret 2025 tercatat sebesar US$ 1,89 miliar atau naik sekitar 13,80% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Meski nilai ekspor naik pada kuartal pertama, tapi industi alas kaki mulai dibayangi tekanan pada kuartal kedua. Tekanan itu antara lain datang dari efek perang tarif yang dicetuskan oleh Amerika Serikat (AS).

Kondisi itu tampak dari Indeks Kepercayaan Industri (IKI) per Mei 2025. Dari 23 subsektor industri manufaktur, hanya ada dua subsektor yang mengalami kontraksi pada IKI Mei. Salah satunya adalah Industri Kulit, Barang Dari Kulit dan Alas Kaki. 

Rizky Aditya menjelaskan bahwa kontraksi yang dialami oleh industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki disebabkan adanya kenaikan harga yang terjadi sejak Maret 2025. Hal ini menyebabkan konsumen domestik menahan konsumsi barang tahan lama seperti alas kaki.

Baca Juga: Alas Kaki UMKM Surabaya Tembus ke Kuwait, Total Nilai Ekspor Mencapai US$ 38.000

Selain itu, ada dampak dari penurunan produk domestik bruto di AS, yang menyebabkan pesanan alas kaki dari Indonesia menurun. Adapun, 43% hasil produksi alas kaki Indonesia ditujukan ke pasar ekspor.

Dari porsi ekspor tersebut, kontribusi ekspor produk alas kaki ke AS mencapai 34,4% per kuartal I-2025.

"Kebijakan tarif resiprokal menyebabkan dunia usaha mengalami ketidakpastian. Salah satunya menyebabkan penundaan atau rescheduling," kata Rizky.

Tantangan lainnya adalah persaingan pasar pada segmen produk middle-lower. "Semakin banyak brand yang masuk ke pasar tersebut, menyebabkan mengecilnya ukuran pasar, sehingga volume produksi alas kaki juga terpengaruh," tandas Rizky.

Selanjutnya: Waskita Karya (WSKT) Raih Nilai Kontrak Baru Rp 1,2 Triliun per Mei 2025

Menarik Dibaca: 7 Perbedaan Tabungan dan Deposito yang Wajib Diketahui Sebelum Menyimpan Uang

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×