Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Handoyo .
KONTAN. CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (IISIA) mengungkapkan bahwa industri baja di Indonesia masih memiliki kesempatan untuk tumbuh di tengah pelemahan Rupiah dan perekonomian global.
Ketua IISIA Purwono Widodo menuturkan, kesempatan untuk bertumbuh ini dilihat dari berbagai proyek yang ada, seperti salah satunya proyek Ibu Kota Negara (IKN).
"Meski perekonomian melemah dan banyak tantangan, ada kesempatan untuk tumbuh lebih besar dari tahun lalu. Di kuartal IV ini, penggunaan dana anggaran akan banyak dikeluarkan, misalnya untuk proyek IKN. Hal ini tentunya menjadi salah satu hal yang mendorong," ujarnya saat ditemui di Gedung Kemenperin dalam Pengukuhan Pengurus IISIA 2023-2025, Senin (23/10).
Sebagai informasi, konsumsi baja nasional juga terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2022 konsumsi baja nasional mencapai 16,6 juta ton atau meningkat 7,3% dari tahun sebelumnya. Dari sisi produksi, produksi baja mentah nasional pada tahun 2022 mencapai 15,6 juta ton, meningkat 5% dari tahun 2021.
Baca Juga: Realisasi Investasi Kuartal III-2023 Diprediksi Melambat
Ia menilai, keberhasilan ini tidak lepas dari investasi untuk hilirisasi dan penambahan kapasitas di sektor industri besi dan baja nasional. Adapun investasi ini telah mencapai US$15 miliar dengan penyerapan tenaga kerja diperkirakan mencapai sekitar 300 ribu orang.
"Dalam rangka mencapai visi Indonesia Emas 2045, produsen baja di Indonesia terus berupaya memaksimalkan produksinya untuk bisa memenuhi peningkatan konsumsi baja nasional yang diperkirakan akan meningkat sekitar 100 juta ton dengan nilai investasi US$100 miliar dan akan menciptakan lapangan kerja baru yang akan menyerap sekitar 2,5 – 3 juta orang, di samping saat ini industri baja nasional juga berkomitmen untuk terus mensuplai kebutuhan baja untuk proyek-proyek strategis nasional (PSN) seperti pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) dan proyek pengembangan kendaraan listrik," urainya.
Lebih lanjut, Purwono juga mengungkapkan, dalam tingkat global saat ini industri baja juga mengalami penurunan. Penurunan tersebut lantaran kondisi perekonomian China sedang dalam kondisi melemah.
Purwono mengatakan, industri baja China mewakili setengah produksi global. Sekitar lebih dari 50% kebutuhan baja di dunia dipasok dari China. Ia mengatakan, lemahnya industri baja global juga lantaran serapan baja domestik di China sedang menurun.
Baca Juga: Kemenperin Resmi Mengukuhkan Pengurus IISIA Periode 2023-2025
"Ekonomi dia saat ini juga diakui dia sedang dalam kondisi lemah. Sekarang ini mereka serapan domestiknya kurang, sehingga mereka banyak keluar," tambah dia.
Di sisi lain, pihaknya terus akan berkolaborasi dengan Pemerintah atau dalam hal ini Kementerian Perindustrian, dalam menciptakan ekskalasi di tengah gangguan yang ada, sehingga bisa menciptakan peningkatan pertumbuhan industri baja.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (llmate) Taufiek Bawazier menambahkan, pihaknya juga optimis bahwa produksi dan utilisasi akan meningkat melalui Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
Taufiek berpendapat, jika demand dari TKDN terua ada maka suplai terjaga, bahkan meningkat. Dia menuturkan, tahun ini memasang target pertumbuhan industri baja 11% dan berharap dapat mencapai pertumbuhan double digit kembali di 2024.
"Kami masih memiliki kekuatan, untuk bertumbuh tahun ini. Memang kondisi pasar ekspor industri baja saat ini sedang terganggu. Kita lihat bahwa pasar ekspor global itu satu level sekarang tengah terganggu, dari Eropa, China dan Amerika sedang tidak baik seperti biasanya. Tapi, kita masih optimis masih ada kekuatan," paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News