Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Penguatan nilai tukar kurs dollar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah menjadi momentum bagi industri jamu untuk meningkatkan porsi ekspor.
Pasalnya bahan baku jamu 95% berasal dari dalam negeri, sehingga kenaikan dollar AS tak mempengaruhi biaya produksi tapi malah mendongkrak pendapatan ekspor.
Charles Saerang, Ketua Dewan Pengurus Pusat Gabungan Jamu dan Obat Tradisional (GP Jamu) mengatakan bahwa kondisi kurs dollar AS ini memberi keuntungan bagi industri jamu untuk meningkatkan penjualan ekspor.
"Oh iya ini momentum yang bagus sekali untuk genjot ekspor," ujar Charles pada Selasa (1/9).
Berdasarkan data dari Kementerian Perindustrian, total omzet industri jamu pada 2014 adalah sebesar Rp 15 triliun. Sekitar 5% dari jumlah tersebut disumbangkan dari ekspor.
Adapun negara tujuan ekspor jamu saat ini negara Asia Tenggara, India, Taiwan dan Jepang.
Saat ini industri jamu tengah menjajaki pasar baru seperti Afrika, dan perdalam India, Taiwan dan Jepang.
"Meski ini momentum, tapi pengusaha jamu juga perlu terus lakukan investasi dan inovasi keluarkan produk-produk yang menarik," ujar Charles.
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, industri jamu menyerap 15 juta tenaga kerja.
Rinciannya 12 juta orang bekerja di industri jamu makanan minuman, spa dan aromaterapi. Sedangkan 3 juta orang diserap untuk industri jamu obat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News