Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Penjualan produsen jamu PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk tumbuh mini di paruh pertama tahun 2015. Mengacu laporan keuangan emiten berkode saham SIDO ini, penjualan sampai Juni 2015 tercatat Rp 1,14 triliun, naik 2,7% ketimbang penjualan periode yang sama tahun lalu Rp 1,11 triliun.
Meski naik tipis, Irwan Hidayat Direktur Utama SIDO menampik kinerja ini tak memuaskan. Saat dihubungi KONTAN, Irwan bilang, pencapaian penjualan mereka di paruh pertama 2015 terbilang masih cukup baik saat kondisi ekonomi sedang lesu.
Kenaikan penjualan SIDO ditopang penjualan produk herbal dan suplemen senilai Rp 601,52 miliar di semester I-2015 atau naik 17,04% ketimbang penjualan periode yang sama tahun lalu.
Sayang, penjualan SIDO di segmen makanan dan minuman justru turun 17,67% menjadi Rp 498,58 miliar di periode yang sama. "Kami memang tak terlalu fokus pada bisnis produk makanan dan minuman," kata Irwan kepada KONTAN, Senin (10/8).
Irwan menilai, penurunan penjualan segmen bisnis makanan dan minuman terjadi karena ketatnya persaingan. "Mungkin sebagian konsumen kami mulai pindah produk lain yang rasanya dianggap lebih enak," jelas Irwan.
Adapun penjualan SIDO dari produk farmasi berkontribusi Rp 41 miliar di semester I-2015. Angka penjualan ini baru tercatat tahun ini, karena SIDO baru berbisnis farmasi tahun 2014, setelah mengakuisisi PT Berlico Kimia Farma yang berbasis di Yogyakarta.
Untuk memperkuat penjualan, SIDO telah mempersiapkan rencana bisnis di semester II-2015. Salah satu rencana itu adalah; meluncurkan produk anyar, yaitu; Tolak Angin Care, Tolak Angin Bebas Gula, Tolak Linu, Kuku Bima Ready to Drink, dan Minuman Herbal dalam kemasan botol. "Ke lima produk ini kami luncurkan bulan ini," tegas Irwan.
Sayang, Irwan menolak menjelaskan target peluncuran produk baru tersebut. Ia hanya bilang, SIDO tahun ini fokus menjaga pangsa pasar.
Selain meluncurkan produk baru, pemilik merek SIDO Muncul ini juga melakukan relokasi pabrik PT Berlico Mulia Farma dari Kota Yogyakarta ke Kabupaten Sleman. Irwan bilang, Kota Yogyakarta tak tepat dijadikan basis produksi produk farmasi mereka. "Itu kota wisata," kata Irwan.
Tak sekadar relokasi pabrik, di Sleman produsen jamu ini juga akan membangun gudang dengan ukuran lima kali lebih besar ketimbang gudang pabrik mereka yang ada di Kota Yogyakarta.
Gudang tersebut akan digunakan untuk menyimpan bahan baku dan produk jadi. Untuk proses relokasi pabrik ini, SIDO akan mengalokasikan dana senilai Rp 120 miliar. Untuk melancarkan rencana ini, SIDO masih dalam proses pengurusan izin. "Saya perkirakan proses pembangunan fisik pabrik di Sleman baru bisa dimulai awal tahun 2016," imbuh Irwan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News