kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.890.000   -7.000   -0,37%
  • USD/IDR 16.280   10,00   0,06%
  • IDX 7.944   80,88   1,03%
  • KOMPAS100 1.121   13,02   1,18%
  • LQ45 827   11,72   1,44%
  • ISSI 268   1,95   0,73%
  • IDX30 428   6,26   1,48%
  • IDXHIDIV20 493   6,23   1,28%
  • IDX80 124   1,67   1,36%
  • IDXV30 131   1,54   1,20%
  • IDXQ30 138   1,86   1,36%

Industri Kilang Migas Berperan Penting Implementasikan Kebijakan Hilirisasi


Rabu, 20 Agustus 2025 / 16:15 WIB
Industri Kilang Migas Berperan Penting Implementasikan Kebijakan Hilirisasi
ILUSTRASI. Pekerja mengontrol operasional unit Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) di Kilang Pertamina Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu (13/8/2025). Unit RFCC itu merupakan salah satu unit baru yang dibangun di proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan yang direncanakan akan beroperasi pada Triwulan 4 tahun 2025 guna meningkatkan kapasitas pengolahan dan kualitas produk BBM yang dihasilkan menjadi setara euro 5 dengan kapasitas produksi unit pengolahan residu mencapai 90 ribu barel per harinya. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/nym.


Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Pemerintahan Presiden Prabowo telah menetapkan pelaksanaan kebijakan hilirisasi sebagai tulang punggung dalam mencapai target Indonesia Emas yang diantaranya direpresentasikan melalui target pertumbuhan ekonomi sebesar 8%.

Kebijakan hilirisasi yang akan dilakukan untuk 8 sektor dan 28 komoditas sampai dengan tahun 2040 diproyeksikan akan memberikan sejumlah manfaat ekonomi yang diantaranya (1) mendatangkan investasi sebesar 618 miliar USD, (2) meningkatkan nilai ekspor sebesar US$ 857,9 miliar, (3) meningkatkan PDB sebesar US$ 235,9 miliar, dan (4) menyerap 3.016.179 tenaga kerja.  

Komaidi Notonegoro, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, mengatakan dalam konteks hilirisasi, industri migas pada dasarnya telah melaksanakan hilirisasi jauh sebelum kebijakan hilirisasi yang digalakkan dalam beberapa waktu terakhir.

“Keberadaan kilang minyak dan gas sejak periode Pemerintahan Kolonial Belanda, merupakan bentuk dari hilirisasi migas,” kata Komaidi kepada media di Jakarta, Selasa (19/8). 

Minyak mentah dan gas yang diproduksikan oleh KKKS dilakukan proses pengolahan lebih lanjut (hilirisasi) menjadi sejumlah produk seperti (1) Bahan Bakar Minyak (BBM), (2) Bahan Bakar Gas (BBG), (3) Lequified Petroleum Gas (LPG), (4) Pupuk, dan (5) produk petrokimia. 

Komaidi mengungkapkan hilirisasi migas penting dan relevan bagi Indonesia setidaknya karena tiga hal berikut: (1) berpotensi menghasilkan efek berganda dan nilai tambah ekonomi yang akan berkorelasi positif terhadap pencapaian target pertumbuhan ekonomi 8%,.

(2) pada dasarnya selama ini telah berjalan dengan baik di Indonesia, khususnya yaitu dengan keberadaan industri kilang migas dan industri-industri kunci yang memiliki keterkaitan dengannya baik di sisi hulu sebagai pemberi Inputnya (backward linkage) maupun di sisi hilir yang menggunakan outputnya (forward linkage), dan (3) di dalam struktur perekonomian Indonesia, pada sisi hilir dan hulu yang terkait dengan hilirisasi migas tersebut.

“Keduanya memiliki keterkaitan antar sektor yang luas dan berperan dalam penciptaan efek berganda ekonomi yang signifikan,” kata dia.

Dari hilirisasi migas yang selama ini telah berjalan, dalam struktur perekonomian Indonesia terdapat setidaknya 12 sektor yang tercatat menggunakan Output dari Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi (hulu migas).

Dari 12 sektor yang berdasarkan pendekatan analisis Input-Output dapat dikatakan merupakan wujud dari hilirisasi migas yang telah berjalan tersebut, tiga diantaranya yang utama, yang memiliki porsi Input terbesar dari sektor pertambangan migas adalah sektor 95 (Barang-barang Hasil Kilang Minyak dan Gas), sektor 96 (Kimia Dasar Kecuali Pupuk), dan sektor 97 (Pupuk).

Nilai tambah ekonomi yang dihasilkan dari ketiga sektor tersebut selama periode 10 tahun terakhir adalah sebesar Rp 17.671 triliun, dengan rincian sektor 95 sebesar Rp 6.508 triliun, sektor 96 sebesar Rp 6.802 triliun, dan sektor 97 sebesar Rp 4.361 triliun.

Berdasarkan hasil perhitungan, indeks keterkaitan (backward dan forward linkage) dari sektor 95, 96, dan 97 menunjukkan nilai yang berada di atas rata-rata. Menggunakan basis data Input-Output (IO) 2016, sektor 95 tercatat memiliki indeks backward linkage sebesar 0,91025 dan forward linkage sebesar 3,70034; sektor 96 memiliki indeks backward linkage sebesar 1,10624 dan forward linkage sebesar 5,66037; sedangkan sektor 97 memiliki indeks backward linkage sebesar 1,06363 dan forward linkage sebesar 1,92073. 

Dalam metode analisis Input-Output, sektor dengan indeks keterkaitan di atas 1 dapat diartikan memiliki daya dorong atau daya dukung yang kuat terhadap perkembangan sektor-sektor terkait. Berdasarkan perhitungan dengan basis data IO 2016, indeks multiplier effect ketiga sektor tersebut menunjukkan nilai yang relatif tinggi, yaitu sebesar 7,18 untuk sektor 95; 7,53 untuk sektor 96; dan 4,73 untuk sektor 97. 

“Dengan nilai indeks tersebut, ketiganya tergolong sebagai sektor-sektor dengan tingkat multiplier effect yang kuat dalam mendorong pertumbuhan ekonomi,” kata Komaidi.

Selanjutnya: IHSG Melonjak 1,03% ke 7.943, AMRT, BRPT dan BBTN Top Gainers LQ45, Rabu (20/8)

Menarik Dibaca: Promo Mako Bakery Merdeka Package 18-31 Agustus, Paket Roti Favorit Rp 80.000

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×