kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.896.000   -13.000   -0,68%
  • USD/IDR 16.195   57,00   0,35%
  • IDX 7.898   -32,88   -0,41%
  • KOMPAS100 1.110   -7,94   -0,71%
  • LQ45 821   -5,85   -0,71%
  • ISSI 266   -0,63   -0,24%
  • IDX30 424   -3,04   -0,71%
  • IDXHIDIV20 487   -3,38   -0,69%
  • IDX80 123   -1,10   -0,89%
  • IDXV30 126   -1,56   -1,22%
  • IDXQ30 137   -1,32   -0,96%

Industri Kimia Hadapi Tekanan, APKIDA Beri Solusinya


Minggu, 17 Agustus 2025 / 14:28 WIB
Industri Kimia Hadapi Tekanan, APKIDA Beri Solusinya
ILUSTRASI. Fasilitas laboratorium PT ChemStar Indonesia Tbk (CHEM), perusahaan perdagangan dan manufaktur bahan kimia untuk industri tekstil. Industri kimia menjadi salah satu subsektor kunci dalam sektor manufaktur sebagai penggerak utama perekonomian Indonesia. Namun, industri saat ini masih dihadapkan berbagai tantangan, utamanya dari segi regulasi.


Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Industri kimia menjadi salah satu subsektor kunci dalam sektor manufaktur sebagai penggerak utama perekonomian Indonesia. Namun, industri saat ini masih dihadapkan berbagai tantangan, utamanya dari segi regulasi. 

Badan Pusat Statistik mencatat output ekonomi industri kimia, farmasi, dan obat tradisional dalam PDB 2024 mencapai Rp 395,11 triliun, naik 7,86% dibanding tahun sebelumnya. Pun dibanding lima tahun sebelumnya, angka tersebut berhasil melonjak 48,58%. 

Baca Juga: Emiten dan Asosiasi Ungkap Tantangan & Peluang Industri Kimia pada Semester II-2025

Ketua Umum Asosiasi Kimia Dasar Anorganik Indonesia (APKIDA) Halim Chandra menyebut industri kimia memang menjadi denyut nadi manufaktur yang menopang pertumbuhan industri nasional. Namun, sejalan dengan berbagai sektor lainnya, tahun ini menjadi waktu yang sulit bagi industri.

“Produksi dan ekspor kita masih tumbuh, tapi seperti tubuh besar yang sedang berlari melawan angin kencang, kami ikut merasakan tekanan biaya dan persaingan global,” ujar Halim kepada Kontan, Jumat (15/8/2025).

Menurutnya, tantangan utama yang dihadapi saat ini adalah harga energi yang tidak kompetitif akibat pasokan gas dari PGN yang belum stabil, dengan harga jauh lebih tinggi dibandingkan negara tetangga. 

Ia mengaku isu ini menjadi perhatian para pelaku industri. Selain itu, sektor kimia masih menghadapi ketergantungan impor bahan baku dan kebutuhan investasi besar untuk modernisasi pabrik.

Meski begitu, ia menilai industri kimia masih memiliki peluang besar. Hilirisasi mineral, pasar domestik yang terus tumbuh, produk ramah lingkungan untuk pasar dunia, hingga pengembangan kawasan industri terintegrasi dengan pelabuhan dinilai bisa menjadi pendorong ekspansi ke depan.

Baca Juga: Industri Kimia Waspadai Tekanan dari Banjir Impor, Geopolitik dan Daya Beli

Untuk menghadapi persaingan global, Halim bilang pelaku usaha perlu bergerak cepat melakukan modernisasi, menghasilkan produk bernilai tambah, memperkuat riset bersama, serta membuka akses pasar lewat perjanjian dagang.

Ia menegaskan, dukungan pemerintah menjadi faktor penentu dalam menjaga daya saing industri kimia.

“Dukungan yang kami butuhkan sederhana tapi strategis, yakni energi dengan harga kompetitif, insentif pajak, pembiayaan terjangkau, perizinan yang cepat, dan infrastruktur logistik yang andal,” katanya.

Secara kebijakan, ia menilai pemerintah sudah berada di jalur yang benar. Tantangannya kini adalah memastikan implementasi kebijakan berjalan sinkron antar instansi, cepat, dan memberikan kepastian jangka panjang bagi investor.

Selanjutnya: PHRI: Banyak Hotel dan Restoran Pilih Hentikan Musik Gara-Gara Royalti

Menarik Dibaca: Cara Buka Blokir Facebook dengan Bantuan Pusat Dukungan,Cepat & Mudah Dilakukan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mengelola Tim Penjualan Multigenerasi (Boomers to Gen Z) Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×