Reporter: Adi Wikanto | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - Jakarta. Puluhan fasilitas produksi di Kawasan Industri Cikande, Banten terkontaminasi zat radioaktif Cesium-137 (Cs-137). Apa itu Cesium-137? Apa saja bahaya zat radioaktif Cs-137?
Diberitakan Kompas.com, Satuan Tugas (Satgas) Cs-137 menemukan adanya kontaminasi zat radioaktif Cs-137 di 22 fasilitas produksi yang beroperasi di kawasan industri Cikande. Ketua Divisi Diplomasi dan Komunikasi Publik Satgas Cs-137, Bara Hasibuan, menyebut penanganan di bidang mitigasi telah dimulai untuk memastikan seluruh area yang terdampak segera dinormalisasi.
Dari total 22 fasilitas tersebut, satu perusahaan pengolahan udang, yakni PT Bahari Makmur Sejahtera (BMS), telah melakukan dekontaminasi secara mandiri dan dinyatakan aman oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten).
Sementara itu, 21 fasilitas produksi lainnya dijadwalkan segera menjalani proses dekontaminasi sebelum dilakukan pemeriksaan lanjutan oleh Bapeten. “Sedangkan 21 fasilitas produksi lainnya akan segera melakukan dekontaminasi untuk kemudian diperiksa oleh Bapeten,” ujar Bara saat konferensi pers di gedung Kemenko Pangan, Rabu (8/10/2025).
Baca Juga: Rebalancing Indeks MSCI November 2025, Cek Saham yang Diprediksi Masuk & Keluar
Sebagai langkah pengamanan tambahan, Bapeten juga telah menetapkan area milik PT Peter Metal Technology (PMT) di kawasan industri Cikande sebagai lokasi isolasi dan interim facility atau fasilitas sementara untuk penempatan seluruh barang yang terkontaminasi Cs-137. “Bapeten telah melakukan pemertahanan lanjutan di kawasan industri Cikande dengan menetapkan titik lokasi PT PMT menjadi lokasi isolasi dan interim facility penempatan barang yang terkontaminasi Cs-137,” paparnya.
Lebih jauh, Bara mencatat bahwa Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap 1.591 pekerja dan warga yang tinggal di sekitar dua lokasi terdampak, yakni PT BMS yang merupakan produsen udang dan PT Peter Metal Technology.
Dari hasil pemeriksaan tersebut, sembilan orang dinyatakan positif terpapar radiasi Cs-137. Kesembilan orang itu telah dirujuk untuk menjalani pemeriksaan lanjutan di Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta. Setelah menjalani perawatan dan mendapatkan pengobatan, seluruhnya telah dipulangkan dan kembali ke rumah masing-masing dalam kondisi stabil.
“Hasil yang diperoleh adalah sembilan orang pekerja, warga positif terpapar radiasi Cs-137 dan sudah dirujuk untuk pemeriksaan lanjutan ke Rumah Sakit Fatmawati, serta sudah diberikan pengobatan dan mereka sudah pulang ke rumah masing-masing,” jelas Bara.
Tonton: Presiden Prabowo Puji Kinerja Menkeu Purbaya
Bahaya radioaktif Cs-137
Menurut publikasi International Atomic Energy Agency (IAEA) di website resmi, Cs-137 adalah isotop radioaktif dari unsur cesium yang bersifat buatan. Cs-137 memiliki sejumlah kegunaan penting jika diawasi ketat, yakni
- Medis – digunakan dalam radioterapi untuk mengobati kanker.
- Industri – dipakai di level gauges, moisture/density gauges, atau sebagai sumber radiasi untuk kalibrasi alat.
- Riset – sebagai penanda radioaktif (tracer) dalam penelitian lingkungan.
Cs-137 sangat berbahaya karena radiasi gamanya bisa menimbulkan kanker, kerusakan organ, hingga kematian, dan karena waktu paruhnya panjang, pencemarannya bisa bertahan puluhan tahun di lingkungan.
Berikut bahaya Cs-137 bagi manusia & lingkungan
1. Sifat Radioaktif Berbahaya
Cs-137 memancarkan radiasi gamma dan beta yang bisa menembus jaringan tubuh. Paparan langsung dapat merusak sel, DNA, dan jaringan tubuh.
2. Efek Kesehatan Akut (paparan besar dalam waktu singkat)
- Mual, muntah, diare dalam hitungan jam.
- Kerusakan sumsum tulang → menurunkan produksi sel darah merah & putih.
- Risiko sindrom radiasi akut yang bisa berujung kematian bila dosis sangat tinggi.
3. Efek Kesehatan Kronis (paparan kecil tapi terus-menerus)
- Kanker, terutama leukemia dan kanker tiroid.
- Gangguan sistem imun dan reproduksi.
- Kerusakan organ dalam (hati, ginjal) akibat akumulasi radiasi.
4. Bahaya Lingkungan
- Cs-137 punya waktu paruh sekitar 30 tahun, artinya butuh ratusan tahun sebelum benar-benar hilang dari lingkungan.
- Mudah larut dalam air → bisa mencemari tanah, air tanah, dan rantai makanan.
- Pernah menjadi kontaminan utama pada bencana Chernobyl dan Fukushima.
Selanjutnya: Bentuk KUB, Bank Jatim Suntik Modal Bank NTT Sebesar Rp 100 Miliar
Menarik Dibaca: Promo Guardian Super Hemat 2-15 Oktober 2025, Tambah Rp 1.000 Dapat 2 Senka-Vaseline
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News