Reporter: Leni Wandira | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri logistik Indonesia berada di persimpangan penting. Perubahan perilaku konsumen yang serba cepat, lonjakan transaksi e-commerce, dan tekanan global untuk efisiensi rantai pasok menuntut pelaku logistik melakukan transformasi digital yang lebih menyeluruh.
Dalam forum industri CBNCloud Connect yang digelar bersama Asosiasi Logistik Digital Economy Indonesia (ALDEI), sejumlah praktisi menekankan pentingnya kecerdasan buatan (AI), infrastruktur cloud, dan keamanan siber sebagai fondasi daya saing baru.
Ketua Umum ALDEI, Imam Sedayu, menegaskan logistik tidak lagi sekadar soal pemindahan barang. "Kecepatan, ketepatan, efisiensi, dan keberlanjutan kini menjadi syarat mutlak. AI dan cloud menjadi penggerak utama ekosistem logistik yang tangguh," ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (24/9).
Baca Juga: Wall Street Menguat Tipis, Investor Cermati Pernyataan Powell dan Data Ekonomi
Salah satu sorotan datang dari EDTS, yang menilai pemanfaatan AI dan IoT akan menentukan kemampuan pemain logistik bertahan di tengah dinamika pasar.
Kemas Farosi, Lead Data Scientist EDTS, menyampaikan bahwa sistem proyeksi permintaan berbasis AI dapat memperkirakan kebutuhan kapasitas lebih akurat dengan menganalisis data historis dan pola musiman.
"Teknologi ini memungkinkan perusahaan mengatur perencanaan lebih cerdas dan efisien. Bahkan rute pengiriman dapat dioptimalkan dengan algoritma AI, memangkas waktu tempuh dan meningkatkan efisiensi operasional,” jelasnya.
Selain itu, solusi pelacakan armada berbasis IoT memberikan visibilitas real-time atas lokasi dan performa kendaraan. Menurut Kemas, transparansi ini membuat manajemen armada lebih presisi, sehingga bisnis logistik bisa lebih adaptif dan kompetitif.
Dari sisi regulator, Kementerian Komunikasi dan Digital (KOMDIGI) menekankan pentingnya regulasi yang adaptif dan standar keamanan dalam adopsi teknologi.
Gunawan Hutagalung, Direktur Pos dan Penyiaran KOMDIGI, menilai AI berpotensi memangkas waktu dan biaya administrasi rantai pasok. “Tugas pemerintah memastikan adopsi dilakukan dengan standar keamanan data, interoperabilitas, dan regulasi yang jelas,” ungkapnya.
Di sisi lain, isu keamanan digital menjadi perhatian utama. Andrik Supriadi, AVP Business Solution CBNCloud, menekankan perlunya perlindungan rantai pasok berbasis cloud untuk menjamin kontinuitas bisnis.
Menurutnya, sistem disaster recovery dan backup multi-lokasi akan memastikan layanan tetap berjalan meski menghadapi serangan siber atau gangguan fisik.
Industri logistik dipandang tidak bisa menempuh transformasi digital sendirian. Kolaborasi antara regulator, asosiasi, pemain logistik, dan penyedia teknologi menjadi kunci agar inovasi seperti AI dan cloud tidak hanya terbatas pada perusahaan besar, tetapi juga bisa menjangkau pelaku menengah dan kecil.
"Keamanan siber berbasis cloud bukan hanya melindungi data, tetapi menjamin rantai pasok tetap bergerak bahkan dalam kondisi darurat,” tegas Andrik.
Selanjutnya: Pelaku Pasar Resah terhadap Disiplin Fiskal RI Longgar dan Dugaan Intervensi BI
Menarik Dibaca: Lagu Tabola Bale & Stecu-Stecu Masuk Daftar TikTok Songs of The Summer 2025 Indonesia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News