Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Liburan anak sekolah dan Lebaran tahun ini akan segera tiba. Ini merupakan periode yang dinanti oleh industri mainan. Sebab, penjualan mainan diproyeksikan naik menjelang liburan dan juga Lebaran.
"Liburan dan Lebaran itu berdekatan, jadi itu dihitung satu kesempatan. Saat itulah, orang tua membelikan mainan kepada anak-anaknya," ujar Danang Sasongko, Ketua Asosiasi Penggiat Mainan Edukatif dan Tradisional Indonesia (APMETI) kepada KONTAN baru-baru ini.
Adapun liburan tahun ajaran dan Lebaran diproyeksikan meningkatkan penjualan mainan 5%-10% jika dibandingkan penjualan di masa normal. Namun, sebelum tahun ajaran sekolah penjualan mainan diproyeksikan bisa naik hingga 30% dari waktu normal.
"Kami ini akan produsen mainan edukasi. Pada awal tahun ajaran itu banyak lembaga-lembaga pra-sekolah yang melengkapi kurikulumnya dengan mainan-mainan kami. Jadi meningkatkan penjualan mainan anak kami," ujar Danang.
Danang menjelaskan, saat ini kapasitas produksi di industri mainan anak edukatif dan tradisional tersebut adalah 360.000 unit mainan per bulannya. Data itu diperoleh dari 60 anggota APMETI yang masing-masing memiliki rata-rata produksi 6.000 unit mainan per bulannya.
Sementara itu harga satu unit mainan anak edukatif dan tradisional dibanderol dengan harga Rp 70.000 per unitnya. Dengan demikian per bulannya, industri mainan anak tradisional tersebut diproyeksikan bisa mencatat penjualan Rp 17,64 miliar.
Dengan begitu, pada liburan anak sekolah dan Lebaran nanti, penjualan industri mainan anak naik diproyeksikan mencapai Rp 19,40 miliar. Sedangkan masa sebelum tahun ajaran sekolah penjualan industri mainan anak edukatif dan tradisional meningkat menjadi Rp 22,93 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News