kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45874,39   11,11   1.29%
  • EMAS1.350.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri Makanan dan Minuman Jadi Penyumbang Terbesar Pendapatan Paperocks Indonesia


Sabtu, 22 Juni 2024 / 22:00 WIB
Industri Makanan dan Minuman Jadi Penyumbang Terbesar Pendapatan Paperocks Indonesia
ILUSTRASI. PT Paperocks Indonesia Tbk (PPRI) mencatatkan hasil menggembirakan di kuartal I-2024 dengan pendapatan mencapai Rp40,5 miliar.


Reporter: Muhamad Aghasy Putra | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pada kuartal I-2024, PT Paperocks Indonesia Tbk (PPRI) meraup pendapatan Rp40,5 miliar.

Catur Jatiwaluyo, Direktur Utama Paperocks, mengatakan bahwa dua sumber utama pendapatan perusahaan adalah industri, seperti perusahaan makanan dan minuman, dan pasar modern, seperti supermarket dan minimarket. 

"Pendapatan kami sejauh ini berasal dari sektor industri makanan dan minuman yang menyumbang sekitar 75% dan 25% lagi berasal dari pasar modern. Kami juga sedang mencoba masuk ke industri non-FNB," ujarnya saat diwawancarai Kontan di Jakarta pada Rabu, (19/6).

Baca Juga: Optimis Kinerja Moncer, Ini Strategi Bisnis Paperocks Indonesia (PPRI) pada 2024

Catur juga mengungkapkan bahwa produksi PPRI, meliputi cups, bowls, dan lids, mencapai sekitar 5-6 juta unit per bulan. Dengan penambahan gudang, produksi diprediksi akan tumbuh dua kali lipat seiring dengan perbaikan bisnis dan proyeksi pertumbuhan yang besar, pihaknya optimis akan tumbuh 40%.

PPRI semakin serius melakukan ekspansi dengan menggarap produk kemasan non-FNB untuk meningkatkan penjualan. 

"Kami melihat pasar baru ini di Q3 tahun 2023 yang non-FNB dan ini sangat menjanjikan. Seperti industri rokok dan elektronik yang memiliki pasar sangat besar. Kami telah membentuk tim baru untuk fokus pada hal ini," tambahnya.

 

Meskipun terdampak pelemahan rupiah terhadap Dollar Amerika (USD), perseroan tetap optimis. Pelemahan rupiah berpengaruh pada daya beli, namun menurut Catur, hal ini bersifat jangka pendek dan industri harus tetap membeli bahan baku. 

"Ini sifatnya fluktuatif, biasanya 3-4 bulan. Untuk bahan baku, kami menggunakan 50% bahan impor dan 50% bahan lokal," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Pre-IPO : Explained Supply Chain Management on Efficient Transportation Modeling (SCMETM)

[X]
×