Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Kedatangan delegasi asing ke Indonesia, tentu akan membahas sejumlah agenda penting. Termasuk kedatangan Raja Arab Saudi yang salah satunya membahas tentang perdagangan.
Ketua Gabungan Pengusaha makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman mengatakan, pihaknya bersama pemerintah diagendakan membahas kerja sama perdagangan makanan minuman dengan delegasi dari Arab Saudi. "Nilai ekspor ke daerah Timur Tengah termasuk Arab Saudi sebesar 15% dari total ekspor makanan dan minuman," kata Adhi, Selasa (1/3).
Menurut Adhi, ekspor ke Arab Saudi beberapa tahun lalu sempat mengalami masalah. Seperti labelisasi produk, standar bahan produk makanan dan status halal Indonesia dan Arab yang berbeda. Tetapi, saat ini masalah tersebut sudah teratasi.
"Persiapan bisnis ke Arab Saudi belum ada. Tapi, jika ke wilayah itu permintaan tentu banyak dari produk makanan halal," kata Adhi.
Menurut Adhi, pihaknya belum mendapatkan informasi pasti mengenai investasi Arab Saudi. Yang jelas, pihak Indonesia akan mengusahakan kemudahan untuk jalur distribusi makanan dan minuman ke Arab Saudi. Mengingat potensi wisata keagamaan yang berpotensi menarik minat konsumsi makanan dan minuman.
Di sisi lain, Adhi justru lebih optimistis terhadap potensi di benua Afrika. Menurutnya, Presiden Joko Widodo dalam agenda terbatasnya menyatakan Afrika sebagai prioritas utama untuk ekspor.
Hal tersebut didasari karena benua Afrika merupakan salah satu benua yang paling banyak impor produk. Mengingat dari total impor di negara Afrika, pangsa pasar Indonesia baru 4%. "Tanggal 6 Maret nanti ada pertemuan dengan delegasi negara-negara Afrika," kata Adhi.
Berbeda dengan Arab Saudi, menurut Adhi, beberapa negara Afrika meminta investor Indonesia yang menanamkan modal di negaranya. Hal tersebut didasari atas bahan baku makanan yang berlimpah di negara Afrika yang belum dapat dimanfaatkan.
"Tapi kami tentunya perlu bantuan pemerintah untuk bisa menyukseskan misi tersebut. Tidak bisa hanya dari swasta saja," kata Adhi.
Adhi mencontohkan, ada negara dapat kemudahan bea masuk 0% di negara Afrika, karena pemerintahnya membangun proyek infrastruktur di negara Afrika tersebut dengan imbal hasil kemudahan investasi. Saat ini Indonesia kena biaya bea masuk sebesar 30%. "Kami minta dapat bea masuk bawah 10%," imbuh Adhi.
Catatan saja, realisasi ekspor makanan dan minuman tahun lalu senilai US$ 6 miliar. Tahun ini, Gapmmi memproyeksi kenaikan ekspor 10%. Itu berarti Gapmmi membidik ekspor makanan dan minuman tahun ini senilai US$ 6,6 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News