kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri padat karya berorientasi ekspor berkontribusi besar di Jawa Tengah


Senin, 09 April 2018 / 09:20 WIB
Industri padat karya berorientasi ekspor berkontribusi besar di Jawa Tengah
ILUSTRASI. INDUSTRI TEKSTIL


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perindustrian fokus memacu pengembangan industri manufaktur berbasis sektor padat karya berorientasi ekspor di Jawa Tengah . Misalnya, industri tekstil dan produk tekstil (TPT), alas kaki dan furnitur yang selama ini telah memberikan kontribusi cukup signifikan terhadap pertumbuhan manufaktur dan ekonomi nasional.

"Sektor-sektor tersebut memiliki kinerja yang cukup baik. Apalagi, adanya Kawasan Industri Kendal, kami terus aktif untuk menarik investasi masuk," kata Airlangga Hartarto, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam keterangan resminya, Senin (9/4).

Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah, nilai investasi industri manufaktur pada tahun 2015 mencapai Rp 10,7 triliun, dan ditargetkan naik 10 kali lipat menjadi Rp 104,3 triliun di tahun 2035. Selain itu, penyerapan tenaga kerja juga diprediksi meningkat dari 3,2 juta orang tahun 2015 menjadi 6,2 juta orang pada 2035.

Guna mewujudkannya, salah satu yang akan berperan penting yaitu kontribusi dari perusahaan-perusahaan baru yang beroperasi di Kawasan Industri Kendal. 
Hingga Januari 2018, kawasan terintegrasi yang diresmikan sejak November 2016 itu telah menarik sebanyak 39 investor yang berasal dari Indonesia, Singapura, Malaysia, China dan Jepang.

Kawasan tersebut ditargetkan akan menyerap potensi investasi hingga Rp 200 triliun dan tenaga kerja sebanyak 500.000 orang. Perusahaan-perusahaan yang telah berdiri di Kawasan Industri Kendal antara lain sektor industri furnitur, makanan, kemasan makanan, baja, label printing, dan boneka.

Airlangga juga mengungkapkan, Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang menjadi tujuan utama para investor menanamkan modalnya untuk perluasan usaha. "Misalnya saja, saya melihat di Boyolali, tingkat pengangguran di sana itu mendekati nol, karena ekspansi perusahaan-perusahaan yang begitu besar," ujarnya.

Beberapa waktu lalu, lanjut Airlangga, terjadi fenomena industri TPT di Jawa Barat merelokasi pabriknya ke daerah lain terutama ke Jawa Tengah. "Adanya ekspansi dan investasi baru, industri TPT di Boyolali mencari tenaga kerja lebih dari 5.000 orang," imbuhnya.

Hal tersebut, memperlihatkan industri TPT nasional pada tahun 2017 mampu tumbuh 3,45%, melonjak tajam dibanding tahun sebelumnya yang -1%. Sektor ini berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, antara lain melalui penyerapan tenaga kerja sebanyak 3,58 juta orang atau menyumbang 21,2% dari total tenaga kerja industri manufaktur.

Selanjutnya, penghasil devisa negara yang signifikan dari nilai ekspor TPT sebesar USD 12,59 miliar atau 10,1% dari total ekspor manufaktur tahun 2017. Industri TPT juga menyumbang sekitar 1,07% terhadap PDB nasional, dan mencatatkan nilai investasi hingga Rp 10,19 triliun pada tahun 2017.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×