CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.386.000   -14.000   -1,00%
  • USD/IDR 16.295
  • IDX 7.288   47,89   0,66%
  • KOMPAS100 1.141   4,85   0,43%
  • LQ45 920   4,23   0,46%
  • ISSI 218   1,27   0,58%
  • IDX30 460   1,81   0,40%
  • IDXHIDIV20 553   3,30   0,60%
  • IDX80 128   0,57   0,44%
  • IDXV30 130   1,52   1,18%
  • IDXQ30 155   0,78   0,50%

Industri Parfum Lokal Semakin Semerbak Wanginya


Kamis, 10 Februari 2022 / 19:07 WIB
Industri Parfum Lokal Semakin Semerbak Wanginya
ILUSTRASI. Industri parfum lokal mulai menggeliat. Dengan bahan baku yang mudah didapat, seharusnya industri parfum lokal bisa mendunia.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satu dekade lalu, industri parfum di Indonesia seperti menjadi hak eksklusif bagi negara-negara benua Eropa, secara khusus Prancis dan Italia. Namun saat ini masyarakat sudah mulai menyadari potensi yang dimiliki oleh parfum lokal Tanah Air. 

Hanya saja, masih banyak tantangan yang harus dihadapi produsen parfum lokal untuk dapat bersaing dengan pemain bisnis yang sudah punya nama besar.

Stephen Cahaya, seorang reviewer parfum dari Fragolicious.id yang sudah berkecimpung di dunia wewangian setengah dekade ini mengatakan, tantangan yang dihadapi industri parfum lokal cukup banyak, utamanya karena masalah teknologi dan ekonomi.  Padahal, Indonesia memiliki sedemikian banyak bahan baku parfum. 

Salah satu bahan baku parfum Indonesia yang mendapat pengakuan internasional adalah minyak nilam (patchouli). Hal ini membuat Indonesia menjadi salah satu negara pengekspor minyak atsiri nilam (patchouli essential oil) terbesar di dunia.

Kendati ekspor minyak nilam ini gencar dilakukan, aktivitas ini tidak berdampak bagi industri lokal karena Indonesia memiliki kekayaaan alam melimpah yang dapat menjadi bahan baku parfum seperti bunga, vetiver (akar wangi) dan oud (gaharu). 

Baca Juga: Coco Chanel, ikon fesyen dunia yang pernah hidup miskin dan tinggal di panti asuhan

Ini memunculkan  pertanyaan mengapa Indonesia harus mengekspor minyak nilam, lalu mengimpor kembali parfum yang telah diolah dengan bahan baku yang diperoleh dari Indonesia tersebut? Mengapa kita tidak bisa memproduksi sendiri parfum dengan mempergunakan minyak nilam yang bagus?

"Ini pertanyaan reflektif karena balik lagi, kita kekurangan sumber daya baik trained perfumer maupun perlengkapan yang memadai untuk bisa memproduksi dalam jumlah besar," kata Stephen kepada Kontan.co.id, Kamis (10/2). 

Ia menilai, Indonesia kekurangan kemampuan untuk mengolah karena memang pengolahan yang dilakukan terbatas. Minyak atsiri kalau yang natural di Indonesia baru dapat dihasilkan dengan penyulingan tradisional, bukan dengan mesin. Sehingga hasilnya terbatas dan harganya cukup mahal. 

Di sisi lain, industri parfum Indonesia belum cukup mendapatkan perhatian baik dari dalam negeri dan luar negeri. Meskipun sudah ada beberapa brand parfum lokal yang mulai dikenal, namun masih banyak brand lokal berkualitas yang menurut pengamatannya masih berada di bawah radar.  

Secara umum, perkembangan industri parfum lokal hingga mulai populer seperti saat ini, dimulai pada 2017-2018 di mana muncul beberapa brand lokal. Di tahun-tahun ini stigma negatif terhadap parfum lokal masih sangat kuat, misalnya parfum merek lokal identik dengan parfum refill botolan dengan bau sintetik yang mencolok dan aroma yang kurang enak. 

Namun, seiring berjalan waktu, industri parfum Indonesia makin menggeliat seiring dengan berkembangnya komunitas pecinta wewangian dan lahirnya brand-brand lokal yang datang dari berbagai kota dengan menawarkan berbagai macam aroma. Ya, industri parfum Indonesia semakin eksis. 

"Industri ini mulai mekar di 2019, saat itu muncul sejumlah brand lokal dalam waktu yang bersamaan seperti brand House of Medici dari Bogor, Fordive dari Surabaya, kemudian ada Minyeuk Pret dari Aceh, Arsya Perfumery dari Bali, kemudian dari Jakarta ada Exxome” ujar Stephen. 

Baca Juga: Gara-gara larangan impor, Syarif Salim Bahanan malah berhasil bisnis parfum




TERBARU
Kontan Academy
[ntensive Boothcamp] Business Intelligence with Ms Excel Sales for Non-Sales (Sales for Non-Sales Bukan Orang Sales, Bisa Menjual?)

[X]
×