kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.443.000   4.000   0,28%
  • USD/IDR 15.405   0,00   0,00%
  • IDX 7.812   13,98   0,18%
  • KOMPAS100 1.184   -0,59   -0,05%
  • LQ45 959   0,88   0,09%
  • ISSI 227   0,13   0,06%
  • IDX30 489   0,88   0,18%
  • IDXHIDIV20 590   1,24   0,21%
  • IDX80 134   -0,05   -0,04%
  • IDXV30 139   -1,25   -0,90%
  • IDXQ30 163   0,24   0,15%

Industri Parfum Lokal Semakin Semerbak Wanginya


Kamis, 10 Februari 2022 / 19:07 WIB
Industri Parfum Lokal Semakin Semerbak Wanginya
ILUSTRASI. Industri parfum lokal mulai menggeliat. Dengan bahan baku yang mudah didapat, seharusnya industri parfum lokal bisa mendunia.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satu dekade lalu, industri parfum di Indonesia seperti menjadi hak eksklusif bagi negara-negara benua Eropa, secara khusus Prancis dan Italia. Namun saat ini masyarakat sudah mulai menyadari potensi yang dimiliki oleh parfum lokal Tanah Air. 

Hanya saja, masih banyak tantangan yang harus dihadapi produsen parfum lokal untuk dapat bersaing dengan pemain bisnis yang sudah punya nama besar.

Stephen Cahaya, seorang reviewer parfum dari Fragolicious.id yang sudah berkecimpung di dunia wewangian setengah dekade ini mengatakan, tantangan yang dihadapi industri parfum lokal cukup banyak, utamanya karena masalah teknologi dan ekonomi.  Padahal, Indonesia memiliki sedemikian banyak bahan baku parfum. 

Salah satu bahan baku parfum Indonesia yang mendapat pengakuan internasional adalah minyak nilam (patchouli). Hal ini membuat Indonesia menjadi salah satu negara pengekspor minyak atsiri nilam (patchouli essential oil) terbesar di dunia.

Kendati ekspor minyak nilam ini gencar dilakukan, aktivitas ini tidak berdampak bagi industri lokal karena Indonesia memiliki kekayaaan alam melimpah yang dapat menjadi bahan baku parfum seperti bunga, vetiver (akar wangi) dan oud (gaharu). 

Baca Juga: Coco Chanel, ikon fesyen dunia yang pernah hidup miskin dan tinggal di panti asuhan

Ini memunculkan  pertanyaan mengapa Indonesia harus mengekspor minyak nilam, lalu mengimpor kembali parfum yang telah diolah dengan bahan baku yang diperoleh dari Indonesia tersebut? Mengapa kita tidak bisa memproduksi sendiri parfum dengan mempergunakan minyak nilam yang bagus?

"Ini pertanyaan reflektif karena balik lagi, kita kekurangan sumber daya baik trained perfumer maupun perlengkapan yang memadai untuk bisa memproduksi dalam jumlah besar," kata Stephen kepada Kontan.co.id, Kamis (10/2). 

Ia menilai, Indonesia kekurangan kemampuan untuk mengolah karena memang pengolahan yang dilakukan terbatas. Minyak atsiri kalau yang natural di Indonesia baru dapat dihasilkan dengan penyulingan tradisional, bukan dengan mesin. Sehingga hasilnya terbatas dan harganya cukup mahal. 

Di sisi lain, industri parfum Indonesia belum cukup mendapatkan perhatian baik dari dalam negeri dan luar negeri. Meskipun sudah ada beberapa brand parfum lokal yang mulai dikenal, namun masih banyak brand lokal berkualitas yang menurut pengamatannya masih berada di bawah radar.  

Secara umum, perkembangan industri parfum lokal hingga mulai populer seperti saat ini, dimulai pada 2017-2018 di mana muncul beberapa brand lokal. Di tahun-tahun ini stigma negatif terhadap parfum lokal masih sangat kuat, misalnya parfum merek lokal identik dengan parfum refill botolan dengan bau sintetik yang mencolok dan aroma yang kurang enak. 

Namun, seiring berjalan waktu, industri parfum Indonesia makin menggeliat seiring dengan berkembangnya komunitas pecinta wewangian dan lahirnya brand-brand lokal yang datang dari berbagai kota dengan menawarkan berbagai macam aroma. Ya, industri parfum Indonesia semakin eksis. 

"Industri ini mulai mekar di 2019, saat itu muncul sejumlah brand lokal dalam waktu yang bersamaan seperti brand House of Medici dari Bogor, Fordive dari Surabaya, kemudian ada Minyeuk Pret dari Aceh, Arsya Perfumery dari Bali, kemudian dari Jakarta ada Exxome” ujar Stephen. 

Baca Juga: Gara-gara larangan impor, Syarif Salim Bahanan malah berhasil bisnis parfum

Berlanjut di 2020-2021 tren munculnya brand lokal semakin tinggi. Stephen menilai, brand parfum lokal yang terus bertahan di 2022 ini jelas merupakan brand  yang memang terbukti dapat mempertahankan kualitas produk mereka sehingga penggemarnya tetap menanti rilisan produk baru dr mereka. 

"Yang menjadi idola baru saat ini (saat artikel ini ditulis) adalah Moroccan Sunset dari Alt. Perfumery, lalu Reine de Nuit dari DC Parfumeur," jelasnya. 

Namun demikian, brand lokal pun mulai berpikir outside the box. Stephen mengungkapkan, saat ini sudah ada  brand lokal yang bermaksud mencoba membentangkan sayap bisnisnya ke luar negeri, yakni HMNS. Rencananya, brand parfum lokal ini akan memasarkan produknya yang bernama Ambar Janma di Paris pada Maret 2022 mendatang, jelas suatu kebanggaan jika ternyata parfum ini dapat diterima dengan baik di Paris. 

Sejatinya sudah ada beberapa parfum brand lokal yang kualitasnya dapat bersaing di dunia internasional seperti parfum dari Alien Objects dan DC Parfumeur. "Namun, kembali lagi, industri parfum lokal memerlukan banyak dukungan untuk melakukan hal tersebut. Recognition dari fragheads international itu baru bisa diperoleh saat parfum kita bisa masuk listing situs seperti fragrantica.com," terangnya. 

Baca Juga: Hoki nan harum Tubagus Wijaya pengusaha parfum

Stephen menyebut, diperlukan dukungan sosial media, dan pejabat pemerintahan serta kementrian pariwisata untuk dapat meningkatkan kesadaran terhadap brand parfum lokal, dengan cara bangga mempergunakan produk Indonesia, dan memberikan dukungan baik dana maupun exposure bagi pengembangan parfum lokal berkualitas.

Owner DC Perfumeur, Muhammad menambahkan, geliat industri parfum di Indonesia jika dilihat dari sisi banyaknya brand yang bermunculan, bisa dikatakan sangat baik perkembangannya. 

"Namun kalau dilihat dari sisi sumber daya manusianya, masih belum bisa dikatakan membaik. Industri parfum lokal masih kekurangan perfumer. Hal ini dapat menyebabkan masalah selanjutnya yakni kekurangan alat yang memadai karena dari sisi supply demand kurang," ujarnya. 

Menurutnya, persoalan ini saling bertautan lantaran dukungan pemerintah ke industri lokal juga harus dilandaskan simbiosis mutualisme atawa saling menguntungkan. Pria yang kerap disapa Moe ini mengungkapkan,  minat perfumery di Indonesia  masih sangat minim dan sangat asing. 

Bagi Moe, kemampuan sumber daya manusia perlu ditingkatkan terlebuh dahulu karena law of attraction itu nyata. "Ketika kita punya banyak skilled perfumer, yang lain pasti bakal mengikuti (fasilitas, bantuan pemerintah dll). Karena percuma juga kalau pemerintah mendukung, BPOM mendukung tapi ga punya skilled perfumer yang memadai," tegasnya. 

Justru Moe lebih berharap bantuan dari pemerintah berupa kemudahan untuk mengurus BPOM selaku industri kecil yang baru memulai atau UMKM yang punya modal terbatas. 

Usaha rintisan yang dijalankan Moe sejak 2017 ini sudah mendapatkan pengakuan bahwa salah satu produknya layak disandingkan dengan parfum dari luar negeri. Namun Moe mengatakan, untuk jangka waktu dekat dirinya masih mengutamakan pasar lokal dan fokus pada kualitas parfum. 

Baca Juga: Parfum-Parfum Ini Miliki Aroma Khas dan Ikonik, Mana yang Jadi Favorit Anda

Sebagai tambahan informasi saja, sebelumnya pada Oktober 2021,  Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika mengatakan  Kementerian Perindustrian terus mendorong pengembangan sektor industri hilir minyak atsiri (IHMA) agar bisa lebih berdaya saing. 

Apalagi, Indonesia punya potensi ketersediaan bahan baku yang beragam, bahkan menjadi rumah bagi sekitar 40 jenis tanaman atsiri dari 99 jenis tanaman atsiri di dunia. Total produksi minyak atsiri utama Indonesia mencapai 8.500 ton pada tahun 2020.

Putu menyatakan, kunci pengembangan sektor IHMA agar bisa lebih berdaya saing antara lain melalui riset dan inovasi, formulasi produk, serta memanfaatkan teknologi terkini dalam produksi untuk menghasilkan aneka produk hilir yang bernilai tambah tinggi.

“Upaya tersebut perlu didukung dengan fasilitas riset yang memadai, SDM kompeten, dan kemampuan capturing and delivering value to market yang kuat, sehingga Indonesia menjadi produsen berbagai produk turunan minyak atsiri berskala dunia,” kata Putu.

Baca Juga: Kemenperin optimalkan hilirisasi pada industri minyak atsiri

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×