Sumber: KONTAN | Editor: Test Test
JAKARTA. Krisis energi yang menimpa Indonesia rupanya membuat pengusaha mengalami kerugian yang cukup besar. Para pengusaha nampaknya lebih memilih kenaikan harga listrik ketimbang menderita.
Budi Susanto Sadiman, Sekretaris Jenderal Asosiasi Plastik dan Olefin Indonesia mengatakan lebih baik PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menaikkan harga listrik untuk industri. "Ini jalan terbaik daripada ada pemadaman," katanya, kemarin.
Budi beralasan jika listrik padam, produsen mengalami kerugian akibat bahan baku berpotensi hancur, delivery order terlambat dan berpotensi kena pinalti. Menurut Budi, kerugian yang dialami satu anggotanya diperkirakan mencapai US$ 10 juta. "Bayangkan jika anggota kita ada puluhan," tandasnya.
Namun, jika harga listrik telah naik, ia meminta kepada PLN agar tidak lagi melakukan pemadaman. "Harus ada jaminannya, jika padam maka ada insentif," tegasnya.
Menurut Budi, krisis listrik terjadi akibat pertumbuhan power plan alias listrik tidak mengikuti pertumbuhan industri. "Industri tumbuh sekitar 5%-6%, listrik hanya 1% saja," tegasnya. Hal ini terjadi akibat PLN tidak memiliki dana untuk menambah jumlah pembangkit.
Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Bambang Trisulo menyetujui tentang kenaikan harga listrik tersebut. Namun, ia menegaskan setelah kenaikan maka tidak ada lagi pemadaman. "Saya setuju saya, tapi pasokannya ada tidak," tanyanya.
Namun, Bambang mengatakan kenaikan listrik yang dilakukan PLN jangan sampai lebih tinggi dibandingkan harga listrik diluar negeri. Pasalnya, kalau harga listrik sama dengan harga diluar akan melemahkan daya saing produsen dalam negeri. "Ini yang akan memberatkan," tandasnya.
Direktur Utama PT Toyota Astra Motor Johnny Darmawan menambahkan pemadaman listrik akan membuat target produksi tidak tercapai. Sehingga, pemerintah harus segera melakukan pembenahan infrastruktur untuk mendukung industri. "Pemadaman menyebabkan produksi terhenti," paparnya.
Seiji Komuro, Ketua Jakarta Japan Club mengatakan dalam surat yang dikirimnya ke Kadin pada 3 Juli menyebutkan sebanyak 60% dari 414 perusahaan mengaku tidak diberitahukan tentang pemadaman. Sehingga, merusak fasilitas produksi terutama kimia, ban, dan komponen.
Wakil Direktur Utama PT PLN Rudiantara menegaskan ia sangat setuju dengan kenaikan harga listrik yang diminta oleh para produsen. Namun, ia tetap saja tidak bisa menjamin ketiadaan pemadaman listrik. "Sekarang masih susah suplainya," katanya singkat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News