kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Industri plastik berpotensi terpukul jika ada gelombang kedua wabah corona


Selasa, 14 Juli 2020 / 19:13 WIB
Industri plastik berpotensi terpukul jika ada gelombang kedua wabah corona
ILUSTRASI. Pasar plastik masih belum memperlihatkan geliat tumbuh. Khususnya di segmen bisnis kemasan.


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan kurva Covid-19 beberapa hari ini dikhawatirkan bakal menimbulkan gelombang kedua pandemi. Situasi tersebut dapat mempengaruhi dunia usaha, setelah industri sudah cukup tertekan saat awal pandemi berlangsung.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik (Inaplas) Fajar Budiyono melihat meski transisi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) telah berlangsung, pasar plastik masih belum memperlihatkan geliat tumbuh. Khususnya di segmen bisnis kemasan, dimana hampir 50% plastik terserap untuk segmen tersebut.

Akibat pasar yang belum pulih, utilisasi pabrikan masih belum mengalami kenaikan. "Rata-rata (utilisasi) saat ini masih dibawah 40%. Situasi ini juga semakin tertekan dengan pelarangan penggunaan kantung plastik di beberapa tempat," ujar Fajar kepada Kontan.co.id, Selasa (14/7).

Baca Juga: ADUPI: Larangan penggunaan plastik membuat ekonomi masyarakat kian sulit

Lebih lanjut ia mencermati, kenaikan kasus di daerah Solo, Jawa Tengah, misalnya dari zona merah sempat menjadi zona hitam. Hal tersebut akan mempengaruhi geliat industri hilir plastik yang banyak berlokasi di sana.

"Kembali lagi daya beli masyarakat juga belum sepenuhnya membaik, khususnya menengah ke bawah, oleh karena itu kami harapkan pemerintah dapat segera menurunkan bansos," terang Fajar. Bantuan sosial diharapkan dapat mengerek daya beli di tengah masyarakat, yang akan berimbas pada permintaan kemasan plastik.

Jika ada gelombang besar pandemi kembali dan mengharuskan pelaksanaan PSBB secara ketat, Fajar mengakui hal itu akan berat bagi industri. Di semester pertama tahun ini, industri kemasan plastik sempat tertolong dengan adanya lebaran yang membuat sektor ini tumbuh di bawah 2% secara tahunan.

Sedangkan untuk tahun ini, Fajar bilang, asosiasi berharap setidaknya perolehan industri bisa menyamai tahun lalu atau tidak negatif saja sudah merupakan pencapaian terbaik. Saat awal pandemi kemarin, isu PHK maupun pabrik tutup belum ada.

Namun jika ada gelombang besar covid-19, bukan tidak mungkin, kata Fajar, ada potensi penutupan pabrik khususnya di segmen kemasan daur ulang. Asosiasi berharap di tengah situasi sulit ini, pemerintah dapat memperketat impor barang jadi plastik agar produksi dalam negeri terserap di tengah pelemahan pasar.

Baca Juga: Kemenperin: Penggunaan kertas daur ulang di industri makin pesat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×