Reporter: Nurmayanti |
JAKARTA. Pengusaha siap mengambil berbagai strategi untuk mempertahankan usahanya. Industri sepatu nasional misalnya, mengaku siap menjual rugi produknya. Hal itu mereka terpaksa lakukan agar tetap mendapatkan order ekspor pada kuartal II 2009. Sebab, pesanan dari sejumlah pasar tradisional seperti Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang sudah menunjukan penurunan hingga 30%.
Selain itu, pembeli juga mendesak produsen sepatu memberikan diskon harga. Permintaan ini menyusul penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terjadi dalam sebulan terakhir dari Rp 12.000 per dolar AS menjadi Rp 11.000 per dolar AS.
"Rugi sekali-kali tak apa, yang penting order tetap jalan. Tapi kami akan berupaya minimal break even point tercapai," ujar Anggota Dewan Pembina Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Djimanto Djimanto, Senin (22/12).
Pengusaha terpaksa menjual rugi lantaran tak mampu menanggung biaya produksi yang besar. Sementara pemesanan tak kunjung ada. Kalaupun ada, pembeli meminta harga yang bila dihitung hanya cukup menutupi biaya produksi saja. Nah, daripada usahanya tutup, pengusaha pada akhirnya terpaksa menerima pesanan tanpa keuntungan. Itu tertutama bertujuan menghindari kebangkrutan usaha dan pemutusan hubungan kerja pegawainya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News