kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri sepeda mengayuh laju bisnisnya jelang liburan tiba


Selasa, 26 Maret 2019 / 18:26 WIB
Industri sepeda mengayuh laju bisnisnya jelang liburan tiba


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Musim liburan bakal menjadi momentum industri sepeda memaksimalkan penjualannya. Selain dari libur tahun ajarana baru dan akhir tahun, pasca lebaran nanti permintaan sepeda diyakini bakal menguat.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Sepeda Indonesia (Apsindo) Eko Wibowo Utomo berharap pada musim libur tersebut ada kenaikan yang signifikan. "Sebab biasanya periode pasca lebaran, permintaan sepeda bakal tumbuh 30%-40% dibandingkan bulan-bulan biasanya," katanya kepada Kontan.co.id, Selasa (26/3).

Sementara itu di bulan ini, Eko mengaku kenaikan belum terjadi malah pasar dirasakan lesu. Diler-diler toko belum banyak mengambil stok, diperkirakan ada penurunan permintaan sekitar 20% dibandingkan tahun lalu, asosiasi berharap bulan kedepannya pasar dapat bergairah lagi menyambut musim liburan.

Terkait trend, tahun ini Eko melihat sepeda jenis MTB bakal digeser oleh kepopuleran sepeda lipat. Diperkirakan porsi sepeda lipat bakal menggembung nomor dua setelah segmen sepeda anak yang masih mendominasi 60% pasar sepeda secara nasional.

Sepeda anak sendiri akhir April nanti sudah mulai diberlakukan Standar Nasional Indonesia (SNI). Eko mengatakan bahwa pabrikan dan distributor sedang berproses untuk menghadapi hal tersebut.

"Mereka harus siap dengan standar yang dinaikkan. Kalau dulu mungkin mereka tidak kontrol karena cenderung segmen ini minta harga murah," terangnya. Kisaran harga sepeda anak diakui Eko memang punya rentang harga rendah Rp 300 ribu hingga Rp 700 ribu saja, harga tersebut terkadang mengorbankan kualitas komponen.

Selain pasar dalam negeri, pabrikan sepeda lokal juga telah merambah pasar ekspor. Beberapa brand seperti Polygon misalnya dapat tembus pasar Eropa. Menurut Eko Polygon mampu masuk kesana lantaran China sebagai produsen terbesar sepeda dunia terkena tarif anti dumping sebanyak 40% untuk market Eropa.

Sementara dari brand Pacific Bike, menurut Eko juga sudah menjual ke luar negeri meskipun melalui pabrikan Original Equipment Manufacturer (OEM) nya yang ada di China. Pasar ekspor saat ini memang bergairah namun persaingannya cukup ketat apalagi dari negeri tirai bambu, dimana industri pendukung sepeda mulai dari komponen hingga sparepart ada semua.

Satu pabrik terbesar di China, kata Eko mampu memproduksi hingga 1 juta sepeda per bulannya. Sementara di Indonesia total kapasitas produksi pabrikan besarnya baru 300.000 unit - 500.000 unit per bulannya.

Indonesia sebenarnya sangat bisa menjadi leader untuk manufaktur sepeda di Asean. Hanya saja saat ini industri pendukungnya masih belum terintegrasi dan lengkap.

"Hampir semua sparepart kayak rantai saja itu impor. Sementara kalau ada kendala aturan impor baja, industrinya sendiri masih kecil. Kalau cuma bikin pabrik khusus rantai itu volumenya tidak mampu menutup kebutuhan produksi," ungkap Eko. Kedepannya, ia melanjutkan memang ada satu produsen sepeda yang berencana membangun satu kawasan industri khusus kluster sepeda di Jawa Tengah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×