kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.758.000   -23.000   -1,29%
  • USD/IDR 16.565   0,00   0,00%
  • IDX 6.511   38,26   0,59%
  • KOMPAS100 929   5,57   0,60%
  • LQ45 735   3,38   0,46%
  • ISSI 201   1,06   0,53%
  • IDX30 387   1,61   0,42%
  • IDXHIDIV20 468   2,62   0,56%
  • IDX80 105   0,58   0,56%
  • IDXV30 111   0,69   0,62%
  • IDXQ30 127   0,73   0,58%

Industri Tambang Diminta Bersiap Efek Jangka Menengah Imbas Tarif Impor Trump


Senin, 07 April 2025 / 19:22 WIB
Industri Tambang Diminta Bersiap Efek Jangka Menengah Imbas Tarif Impor Trump
ILUSTRASI. Foto udara, areal pabrik pengolahan ore nikel milik PT Antam Tbk di Kecamatan Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara, Sabtu (5/6/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Tenggara mencatat ekspor feronikel pada April 2021 sebanyak 247 ton dengan nilai sekitar Rp 6,2 triliun dan kebanyakan dikirim ke China. ANTARA FOTO/Jojon/hp.


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski tidak berdampak secara langsung maupun dalam waktu yang singkat, industri pertambangan di Indonesia, dirasa perlu bersiap menghadapi efek jangka menengah dari diberlakukannya tarif resiprokal atau timbal balik impor yang diberlakukan oleh Presiden AS, Donald Trump.

Indonesian Mining Association (IMA) mengungkap bahwa saat ini ekspor komoditas mineral lebih banyak dikirim ke China dan negara-negara di Asia Pasifik lainnya.

"Untuk nikel juga ada yang ke Eropa. Kalau ekspor ke AS bisa dikatakan, kita relatif kecil," ungkap Direktur Eksekutif IMA Hendra Sinadia saat dihubungi, Senin (07/04).

Jika melihat dari volume ekspor komoditas tambang Indonesia ke AS, Hendra menyimpulkan untuk jangka pendek penerapan tarif tidak akan terlalu berdampak dengan industri tambang Indonesia.

"Namun untuk jangka menengah imbas perang dagang bisa mempengaruhi industri domestik di semua negara termasuk negara tujuan utama Indonesia, Tiongkok," tambahnya. 

Baca Juga: Pengusaha Batubara Waspadai Dampak Kebijakan Tarif Trump ke Pasar Ekspor

Hendra menyebut, jika industri domestik China terpengaruh dari perang dagang ini, maka efek dominonya akan berdampak pada kebijkan negara tersebut terhadap impor, termasuk komoditas mineral.

"Tapi, sejauh ini permintaan komoditas mineral dan batubara masih kuat," kata dia.

Menurutnya, pemerintah Indonesia harus cepat bergerak dan memanfaatkan momentum untuk memperkuat industri pertambangan dalam negeri melalui deregulasi. Sebagai langkah pencegahan dari efek negatif perang dagang ke China.

"Saat ini momen yang bagus bagi pemerintah untuk melakukan deregulasi termasuk membenahi regulasi sektoral seperti di pertambangan agar penambang bisa survive karena sudah terbebani dengan biaya operasional yang tinggi," kata dia.

Dengan cost yang bisa ditekan, menurutnya penambang memiliki sumber daya agar bisa terus berekspansi bahkan berinvestasi.

"Selain itu, dengan deregulasi pembenahan regulasi, kita berharap minat investasi termasuk eksplorasi untuk mencari critical minerals ke Indonesia akan meningkat," tutupnya. 

Baca Juga: Ekspor SDA RI Tertekan Tarif Impor AS

Asal tahu saja, China hingga saat ini menjadi salah satu mitra dagang utama Indonesia, termasuk untuk ekspor komoditas-komoditas pertambangan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor nikel Indonesia ke China pada periode Januari hingga September 2024 mencapai 1,204 juta ton.

Lalu tembaga, sebelum diberlakukan larangan ekspor konsentrat pada 2023 oleh pemerintah Indonesia, BPS mencatat China sebagai tujuan utama ekspor bijih tembaga, dengan volume mencapai 684,35 ribu ton atau 22,9% dari total ekspor nasional. 

Adapula batubara, menurut Coal Metal Asia, sepanjang tahun 2024 Indonesia telah mengekspor 241,7 juta ton batubara ke China. 

Baca Juga: Menakar Daya Tawar Indonesia dalam Negosiasi dengan AS Terkait Tarif Trump

Selanjutnya: Selasa (8/4) Besok, Prabowo akan Umumkan Sikap Hadapi Kebijakan Tarif Impor Trump

Menarik Dibaca: Menu Diet Sehat Seminggu yang Dapat Anda Coba Konsumsi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×