Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski tidak berdampak secara langsung maupun dalam waktu yang singkat, industri pertambangan di Indonesia, dirasa perlu bersiap menghadapi efek jangka menengah dari diberlakukannya tarif resiprokal atau timbal balik impor yang diberlakukan oleh Presiden AS, Donald Trump.
Indonesian Mining Association (IMA) mengungkap bahwa saat ini ekspor komoditas mineral lebih banyak dikirim ke China dan negara-negara di Asia Pasifik lainnya.
"Untuk nikel juga ada yang ke Eropa. Kalau ekspor ke AS bisa dikatakan, kita relatif kecil," ungkap Direktur Eksekutif IMA Hendra Sinadia saat dihubungi, Senin (07/04).
Jika melihat dari volume ekspor komoditas tambang Indonesia ke AS, Hendra menyimpulkan untuk jangka pendek penerapan tarif tidak akan terlalu berdampak dengan industri tambang Indonesia.
"Namun untuk jangka menengah imbas perang dagang bisa mempengaruhi industri domestik di semua negara termasuk negara tujuan utama Indonesia, Tiongkok," tambahnya.
Baca Juga: Pengusaha Batubara Waspadai Dampak Kebijakan Tarif Trump ke Pasar Ekspor
Hendra menyebut, jika industri domestik China terpengaruh dari perang dagang ini, maka efek dominonya akan berdampak pada kebijkan negara tersebut terhadap impor, termasuk komoditas mineral.
"Tapi, sejauh ini permintaan komoditas mineral dan batubara masih kuat," kata dia.
Menurutnya, pemerintah Indonesia harus cepat bergerak dan memanfaatkan momentum untuk memperkuat industri pertambangan dalam negeri melalui deregulasi. Sebagai langkah pencegahan dari efek negatif perang dagang ke China.
"Saat ini momen yang bagus bagi pemerintah untuk melakukan deregulasi termasuk membenahi regulasi sektoral seperti di pertambangan agar penambang bisa survive karena sudah terbebani dengan biaya operasional yang tinggi," kata dia.
Dengan cost yang bisa ditekan, menurutnya penambang memiliki sumber daya agar bisa terus berekspansi bahkan berinvestasi.
"Selain itu, dengan deregulasi pembenahan regulasi, kita berharap minat investasi termasuk eksplorasi untuk mencari critical minerals ke Indonesia akan meningkat," tutupnya.
Baca Juga: Ekspor SDA RI Tertekan Tarif Impor AS
Asal tahu saja, China hingga saat ini menjadi salah satu mitra dagang utama Indonesia, termasuk untuk ekspor komoditas-komoditas pertambangan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor nikel Indonesia ke China pada periode Januari hingga September 2024 mencapai 1,204 juta ton.
Lalu tembaga, sebelum diberlakukan larangan ekspor konsentrat pada 2023 oleh pemerintah Indonesia, BPS mencatat China sebagai tujuan utama ekspor bijih tembaga, dengan volume mencapai 684,35 ribu ton atau 22,9% dari total ekspor nasional.
Adapula batubara, menurut Coal Metal Asia, sepanjang tahun 2024 Indonesia telah mengekspor 241,7 juta ton batubara ke China.
Baca Juga: Menakar Daya Tawar Indonesia dalam Negosiasi dengan AS Terkait Tarif Trump
Selanjutnya: Selasa (8/4) Besok, Prabowo akan Umumkan Sikap Hadapi Kebijakan Tarif Impor Trump
Menarik Dibaca: Menu Diet Sehat Seminggu yang Dapat Anda Coba Konsumsi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News