Reporter: Raka Mahesa W |
JAKARTA. Pekerjaan industri tekstil rupanya cukup banyak. Saat sektor ini harus menangkis derasnya barang impor, tantangan anyar berupa kenaikan tarif dasar listrik (TDL) pun menghadang.
Menurut Ade Sudrajat, Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), kenaikan TDL akan mempengaruhi ongkos produksi dan harga bahan baku.
“Seperti efek bola salju, dari hulu saat pemintalan serat dipintal jadi benang biayanya naik,saat benang menjadi kain biayanya naik. Kalau biaya naik, harga pasti naik. Tetapi, untuk bisa kompetitif, margin pasti tergerus,” ujar Ade.
Ade menghitung, kenaikan rata-rata biaya produksi industri tekstil sekitar 4%. Angka ini merupakan akumulasi dari biaya proses produksi dan kenaikan bahan baku. “Saya sudah terima tagihannya, memang sesuai kesepahaman ada yang naik 9% ada juga yang 15% ada juga yang 18%.,” kata Ade.
Kini produsen tekstil akan kembali menghitung ulang strategi agar bisa bertahan; mulai dari pemakaian listrik hingga tenaga kerja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News