kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Infrastruktur gas Aceh kembali bergairah


Kamis, 20 Juli 2017 / 18:01 WIB
Infrastruktur gas Aceh kembali bergairah


Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Rizki Caturini

LHOKSEUMAWE. Infrastruktur pengelolaan gas alam cair atau kilang Liqufied Natural Gas (LNG) di Arun, Lhokseumawe, Aceh, kembali bergairah setelah diambil alih PT Perta Arun Gas (PAG) dan menyulap proyek itu menjadi gas pipa atau regasifikasi.

Sebelumnya kilang yang beroperasi sejak 1978 tersebut memiliki fungsi mengubah gas bumi menjadi LNG yang dipasok dari ladang gas Arun. Kemudian LNG tersebut diekspor ke berbagai negara di antaranya Jepang dan Korea Selatan.

Namun setelah 37 tahun beroperasi kondisi berubah, kegiatan kilang LNG Arun berhenti. Hal ini disebabkan oleh habisnya pasokan gas dari ladang gas Arun.

Tepatnya pada 15 Oktober 2014 LNG terakhir diekspor dengan begitu ada 4.469 kargo LNG yang dihasilkan dari kilang tersebut selama beroperasi. Hal itu dikisahkan oleh Manager Production Plan & Process Enginering Perta Arun Gas, Surkani Manan.

Sukarni berkisah, dahulu Kilang LNG Arun menjadi penghasil devisa untuk Indonesia, bahkan ada julukan khusus untuk infrastruktur tersebut, yaitu petro dolar. Selain itu, kondisi ini membuat perekonomian Aceh berkembang, dapat menyerap sekitar 5.000 tenaga kerja.

"Berapa ratus triliun dihasilkan. Ada beberapa penghasil seperti Bontang, ini lumbung penghasil devisa dari Aceh," kata Sukarni, saat ditemui di Kantor Perta Arun Gas, Lhokseumawe, Aceh Utara, Kamis (20/7).

Namun setelah tahun 2014 Kilang LNG Arun berhenti beroperasi, pada tahun 2015 Perta Arun Gas mengambil alih dengan mengubah kilang LNG tersebut menjadi fasilitas regasifikasi untuk memenuhi pasokan gas industri dan kelistrikan. Ini sesuai dengan surat dari Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) S/141-MBU.

Adapun sebelum diambil alih, pada tahun 2011 Pertamina telah melakukan kajian aset dengan enam train, tangki LNG, dan kondesat. "Jadi beberapa inisasi bisnis yang di kembangkan Pertamina, semua diarahkan ekspetasi pelanggan, mengerucut yang perioritas dulu yang diputuskan regasifikasi," ungkapnya.

Sementara menurut Sukarni, meski tidak sebesar kilang LNG peran regasifikasi Arun yang mampu mengolah 405 MMSCFD LNG menjadi gas bumi sangat penting karena melalui pasokan gas dari infrastruktur tersebut akan membawa dampak berganda untuk perekonomian Aceh.

Setelah ini, Perta Arun Gas berencana mengembangkan pembangunan LNG Hub bekerja sama dengan Singapura dan pembangunan storage LPG yang beroperasi melayani Aceh dan Medan. Rencananya, kedua proyek itu akan onstream pada tahun 2018. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×