kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 15.939   -64,00   -0,40%
  • IDX 7.328   13,86   0,19%
  • KOMPAS100 1.125   3,32   0,30%
  • LQ45 893   1,69   0,19%
  • ISSI 224   0,90   0,40%
  • IDX30 459   0,08   0,02%
  • IDXHIDIV20 554   0,53   0,10%
  • IDX80 129   0,34   0,27%
  • IDXV30 137   0,09   0,06%
  • IDXQ30 152   -0,08   -0,05%

Ingat, LPG 3 Kg hanya untuk masyarakat miskin


Selasa, 04 Agustus 2020 / 14:23 WIB
Ingat, LPG 3 Kg hanya untuk masyarakat miskin
ILUSTRASI. JAKARTA,29/07-KONSUMSI GAS ELPIJI DI TENGAH PANDEMI. Pekerja membawa tabung gas elpiji untuk diantar ke pelanggan di kawasan Glodok, Jakarta, Rabu (29/07). PT Pertamina (Persero) melaporkan adanya kenaikan konsumsi harian gas elpiji subsidi sebesar 1 pers


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gas LPG 3 kilogram (Kg) yang diperuntukkan untuk kelompok miskin masih banyak digunakan oleh kelompok masyarakat mampu. Akibatnya, kuota gas LPG 3 Kg sering habis di tengah jalan hingga akhirnya terjadi kelangkaan.  Kelompok yang berhak pun dirugikan.

Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menilai, kelangkaan gas LPG ukuran 3 kg merupakan permasalahan klasik yang selalu timbul di setiap tahunnya.

Ini terjadi karena, gas melon yang notabene menjadi hak masyarakat miskin, justru digunakan kelompok masyarakat mampu. Nah, seharusnya, masyarakat tidak mengambil apa yang menjadi hak masyarakat miskin.

Biasanya, kata Mamit, kelangkaan akibat tidak adanya pembatasan distribusi. 

Baca Juga: Konsumsi naik, Pertamina pastikan stok LPG di Kotamobagu dan Bolaang Mongondow aman

“Masyarakat mampu, masih banyak kedapatan mengunakan LPG ukuran tiga kilogram. Ini juga terjadi karena disparitas harga dengan LPG non subsidi yang masih besar,” ujar Mamit dalam keterangannya, Selasa (5/7). 

Mamit berharap, kelompok masyarakat mampu, tidak menggunakan gas LPG tiga kilogram karena merugikan kelompok masyarakat lain dan juga para pedagang kecil yang memang lebih berhak mendapatkan gas LPG tiga kilogram.

Jika kelompok masyarakat mampu masih bandel menggunakan gas LPG tiga kilogram maka bisa dipastikan kuota yang ditetapkan oleh BPH Migas, akan jebol dan ujung-ujungnya justru memberatkan Pertamina dan keuangan negara.

“Setiap kali over, maka ini menjadi tanggungan Pertamina. Sementara ketika kuota jebol dan terpaksa ditambah oleh Pertamina, belum tentu juga diganti pemerintah karena masih perlu dihitung selisihnya dan tergantung audit BPK," jelas dia.

Yang pasti, ia berharap masyarakat juga tidak panik, karena Pertamina juga selalu bergerak cepat jika terjadi kelangkaan.  Meski begitu, ia mendorong masyarakat beralih ke produk-produk gas lain milik Pertamina terutama non subsidi.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×