Reporter: Arfyana Citra Rahayu, Azis Husaini | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) memulai proses arbitrase menghadapi Hoegh LNG Partners di Badan Arbitrase Singapura (SIAC). Dikutip dari argusmedia.com, PGAS ingin mengakhiri kontrak penyewaan FSRU Lampung yang dimiliki Hoegh LNG Partners, perusahaan yang sahamnya tercatat di Bursa New York.
"Kami hanya menjalankan upaya hukum yang berlaku," ungkap Direktur Utama PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), Muhammad Haryo Yunianto kepada KONTAN, Jumat (27/8).
Dia mengklaim ada ketidakadilan terhadap PGAS atas penyewaan kapal FSRU Lampung milik Hoegh. "Masalahnya lebih kepada unfairness, semoga bisa diselesaikan bersama," kata Haryo, tanpa memerinci masalah yang terjadi.
Meski telah mengajukan arbitrase, Haryo memastikan saat ini FSRU Lampung masih beroperasi sebagai salah satu infrastruktur penyaluran gas bumi yang dikelola anak usaha PGN.
"Prospek FSRU Lampung dalam jangka menengah dan panjang akan memperhatikan peta kebutuhan gas di sisi pelanggan, khususnya wilayah Lampung dan Jawa bagian barat," kata Haryo.
Pengamat Ekonomi Energi Universitas Padjadjaran Yayan Satyaki memaparkan dalam lingkup perencanaan sesuai dengan PGN LNG’s Masterplan of New Business Development 2018, FSRU Lampung diupayakan untuk meningkatkan ketahanan pasokan energi untuk wilayah Barat yaitu Sumatra, Jawa dan Bali selain wilayah FSRU Makassar untuk Indonesia Tengah dan FSRU Gorontalo untuk Indonesia Timur.
"Akan tetapi, sejak 2016 keberadaan FSRU Lampung masih banyak menuai polemik terkait double storage FSRU Lampung dengan FSRU Jakarta yang dianggap tidak optimal karena FSRU Jakarta dianggap masih cukup digunakan oleh PGN untuk melayani masyarakat," jelas dia.
Bahkan, lanjut Yayan, FSRU Lampung dianggap terlalu mahal dalam hal biaya sewa yakni senilai US$ 200.000 per hari dengan kontrak selama 20 tahun.
"Sebagai ilustrasi, dengan uang sewa US$ 200.000 per hari sejak tahun 2014, sedangkan produksinya hanya 2-11 kargo, sangat disayangkan. Apalagi dengan kondisi pandemi seperti ini, perlu strategi bisnis yang baik dan profesional," kata Yayan.
Analis energi dari Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA), Putra Adhiguna menjelaskan, PGAS perlu hati-hati untuk memastikan bahwa ekspansi bisnis LNG direncanakan dengan baik dan tidak menambah beban keuangan. "Utilitas FSRU Lampung sangat rendah atau di bawah 20% pada 2019," kata dia, akhir pekan lalu.
Manajemen Hoegh belum bisa dikonfirmasi melalui surat elektronik, kemarin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News