kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ingin turunkan emisi, pengembangan EBT digenjot


Minggu, 06 Desember 2020 / 22:05 WIB
Ingin turunkan emisi, pengembangan EBT digenjot


Reporter: Filemon Agung | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah menargetkan penurunan emisi gas rumah kaca melalui pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) yang ditargetkan dapat mencapai target bauran EBT 23% pada 2025 mendatang.

Merujuk data Kebijakan Energi Nasional (KEN), target EBT sebesar 23% pada tahun 2025 dari total energi primer sebesar 400 juta ton setara minyak bumi (MTOE) dan 31% pada tahun 2050 dari total energi primer sebesar 1.000 MTOE.

Lewat upaya tersebut, pemerintah mengharapkan terjadi penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) secara signifikan yaitu sebesar 34,8% di tahun 2025 dan 58,3% di tahun 2050.

Baca Juga: Permintaan dari China bikin harga batubara kian membara

Direktur Bioenergi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Andriah Feby Misna mengungkapkan komitmen pemerintah untuk mendorong pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN) baik biodiesel maupun bahan bakar biohidrokarbon demi menekan impor Bahan Bakar Minyak (BBM).

Ia pun memastikan pada tahun depan kapasitas produksi biodiesel diproyeksikan meningkat hingga 15 juta kiloliter, kendati terjadi penurunan demand akibat pandemi covid-19. "Kapasitas produksi akan bertambah di 2021 seiring ekspansi industri biodiesel," terang Feby kepada Kontan.co.id, Minggu (6/12).

Feby melanjutkan, saat ini kapasitas terpasang produksi biodiesel mencapai 12 juta kl. Adapun, hingga November 2020 serapan biodiesel mencapai 7,5 juta kl.

Masih menurut Feby, untuk tahun 2021 nanti pengembangan biodiesel masih akan berfokus pada B30. Untuk itu, ia memastikan kordinasi turut dilakukan dengan BUMN termasuk Pertamina. "Kita koordinasi dengan Pertamina untuk produk biohidrokarbon seperti D100," kata Feby.

Pertamina sebagai salah satu badan usaha pemasok kini telah menyalurkan total 12 juta kl ke konsumen ritel sejak implementasi perdana program B30 pada November 2019 silam. "Setelah berhasil mengimplementasikan distribusi biodiesel pada November 2019. Pertamina siap untuk menjalankan kembali program Biodiesel sesuai penugasan Pemerintah untuk tahun 2021," terang VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman ketika dihubungi Kontan.co.id, Minggu (6/12).

Baca Juga: Usulan perubahan status SKK Migas menjadi BUMN khusus kian mencuat

Fajriyah melanjutkan, selain lewat program B30, Pertamina kini juga tengah mengembangkan green diesel (D-100) hasil pengolahan Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil (RBDPO) 100%

Sebelumnya, pada Juli 2020 Pertamina telah merampungkan uji coba produksi Green Diesel (D100) di Kilang Dumai sebesar 1.000 barel. Sebelumnya di Maret 2020, juga telah dilakukan uji coba co-processing Green Gasoline di Kilang Cilacap. Uji coba juga akan berlanjut untuk co-processing Green Avtur yang ditargetkan pada akhir 2020 di Kilang Plaju.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×