kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Ini Alasan Beberapa APM Tidak Ikuti Program Insentif Impor Mobil Listrik CBU


Minggu, 28 April 2024 / 06:00 WIB
Ini Alasan Beberapa APM Tidak Ikuti Program Insentif Impor Mobil Listrik CBU
ILUSTRASI. Pemerintah memberikan insentif bebas bea masuk dan PPnBM untuk impor mobil listrik utuh atau CBU


Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah agen pemegang merek (APM) otomotif mengaku belum memanfaatkan insentif bebas bea masuk dan pajak penjualan barang mewah (PPnBM) untuk impor mobil listrik utuh atau completely built up (CBU).

Asal tahu saja, kebijakan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Investasi/Kepala BKPM No. 6 Tahun 2023. Beleid ini diundangkan pada 29 Desember 2023 dan berlaku 15 hari sejak waktu diundangkan.

Insentif ini hanya diberikan kepada produsen yang berkomitmen investasi untuk membangun fasilitas produksi mobil listrik di Indonesia.

Chief Operating Officer (COO) PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) Fransiscus Soeryopranoto mengatakan, pihaknya tidak memanfaatkan insentif bebas bea masuk dan PPnBM impor mobil listrik CBU.

Sebab, Hyundai lebih mengutamakan produksi mobil listrik melalui pabriknya di Indonesia ketimbang melakukan impor dari luar negeri.

Baca Juga: Menakar Dampak Kenaikan Suku Bunga Acuan Terhadap Kinerja Emiten Otomotif

"Walau demikian, kami tetap akan mendukung kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah," kata dia, Jumat (26/4).

Dalam catatan KONTAN, Hyundai telah memiliki fasilitas produksi mobil listrik di Cikarang, Jawa Barat dengan kapasitas 20.000 unit per tahun. Pihak Hyundai berencana meningkatkan kapasitas produksi mobil listriknya menjadi 70.000 unit per tahun pada 2024 seiring beroperasinya pabrik baterai yang juga dibangun Hyundai bersama LG Energy Solution di Karawang.

Sejauh ini, pabrik Hyundai di Cikarang baru memproduksi model Hyundai Ioniq 5 saja. Adapun mobil listrik Hyundai lain seperti Ioniq 6, Kona Electric, dan Genesis G80 EV berstatus impor CBU.

Setali tiga uang, Sales and Marketing Director Mercedes-Benz Distribution Indonesia Kariyanto Hardjosoemarto menyebut, pihaknya tidak ikut serta dalam program insentif bebas bea masuk dan PPnBM untuk impor mobil listrik CBU. Kembali lagi, kebijakan ini diberikan jika terdapat komitmen produksi dalam negeri oleh pihak produsen dengan tingkat kandungan lokal tertentu hingga 2026.

"Sampai dengan saat ini, kami belum akan memproduksi kendaraan listrik langsung di Indonesia sampai batas waktu tersebut," tukas dia, Jumat (26/4).

MBDI sendiri telah memasarkan beberapa model mobil listrik di Indonesia, seperti seri EQS 350+ Electric Art Line, EQS 450+ Electric Art Line, EQS 450+ AMG Line, EQA 250, EQB 250, dan EQS SUV 450. MBDI juga menjual mobil listrik EQS Edition Line secara eksklusif lantaran hanya ada 12 unit di Tanah Air.

Untuk tahun ini, MBDI berencana merilis dua model mobil listrik Mercedes-Benz baru guna melengkapi line up mobil listrik yang sudah ada sebelumnya. 

Berbeda dengan Hyundai dan Mercedes-Benz, pabrikan asal Perancis, Citroën, secara terang-terangan menyatakan telah memanfaatkan insentif bebas bea masuk dan PPnBM untuk impor model terbarunya yakni Citroën e-C3 langsung dari Perancis.

Baca Juga: Neta Auto Akan Mulai Produksi Mobil Listrik di Indonesia pada April 2024

Citroën e-C3 sebenarnya telah diperkenalkan sejak pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2023. Sejak saat itu, Citroën telah menerima pesanan e-C3 sekitar 1.000 unit, namun model tersebut belum sempat dikirim ke konsumen akhir.

Akhirnya, Citroën berkesempatan ikut program insentif bebas bea masuk dan PPnBM impor mobil listrik CBU dari pemerintah. "Proses registrasi telah kami lalui sejak lama dan baru selesai bulan Januari lalu," ujar Chief Executive Officer (CEO) Citroën Indonesia Tan Kim Piauw ketika ditemui Kontan, Selasa (23/4).

Dalam berita sebelumnya, Citroën disebut memperoleh kuota impor mobil listrik CBU dengan bantuan insentif sebanyak 4.800 unit. Namun, Citroën belum tentu menyerap seluruh kuota impor yang diberikan.

Pasalnya, Citroën akan memproduksi model e-C3 secara completely knock down (CKD) di fasilitas milik Indomobil Group di Purwakarta, Jawa Barat mulai awal Juli 2024. Ini merupakan bentuk komitmen Citroën kepada pemerintah atas pemanfaatan insentif impor mobil listrik CBU. 

Dengan adanya insentif impor mobil listrik CBU, Citroën mengklaim harga mobil listrik e-C3 menjadi lebih terjangkau dan kompetitif di pasar, yakni senilai Rp 377 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×