kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ini alasan Inalum ambil 40% participating interest milik Rio Tinto


Selasa, 17 Juli 2018 / 19:44 WIB
Ini alasan Inalum ambil 40% participating interest milik Rio Tinto
ILUSTRASI. Kesepakatan divestasi saham PT Freeport


Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Banyak yang masih bertanya-tanya, kenapa untuk menjadi mayoritas saham di tambang Grasberg sebesar 51%, pemerintah melalui induk holding industri pertambangan yakni PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) harus membeli hak partisipasi atau participating interest (PI) Rio Tinto yang ada saat ini sebesar 40%. Kenapa bukan dari sahamnya PT Freeport Indonesia (PTFI) langsung saja?

Nah, untuk mengetahui itu, Direktur Utama PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), Budi Gunadi Sadikin menguraikan alasannya.

Menurut Budi, ada dua hal yang perlu dipahami dalam pengelolaan tambang Grasberg, Papua yang saat ini dikuasai oleh Freeport Indonesia sebesar 90,64%. Pertama : economic interest (dilihat dari keekonomian nilai tambang melalui produksi) dan kedua: equity interest (hak saham).

Budi menjelaskan, di tambang Grasberg saat ini ada dua pemegang saham, yaitu Freeport Indonesia sebesar 90,64% dan pemerintah melalui PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) dengan 9,36%. Saham ini disebut equity interest.

Dari dua pemegang saham equity interest itu, di dalamnya terdapat economic interest, yang 40% dipegang oleh Rio Tinto melalui hak partisipasi atau participating interest.

Maka, dengan adanya economic interest itu, meskipun Freeport Indonesia sebagai pemegang saham penuh 90,64%, produksi tambang yang didapat oleh Freeport Indonesia hanya 54,32%. Sementara Inalum selaku pemegang saham 9,36% hanya dapat nilai produksi 5,68%. Jadi itu menurun, lantaran ada 40% produksi yang dikuasi Rio Tinto.

Jika pemerintah melalui Inalum mengambil saham Freeport Indonesia sebanyak 41,64% sisa saham untuk memenuhi 51%, maka, economic interest atau produksi tambang yang didapat oleh Inalum hanya 31%. Sementara Freeport Indonesia yang memiliki saham 49%, tersisa 29%. Itu karena milik Rio Tinto yang tidak berubah sebanyak 40%.

Maka dari itu, supaya economic interest dan equity interest pemerintah melalui saham 51% tidak berubah, akhirnya, Inalum memutuskan untuk mengambil participating interest Rio Tinto sebanyak 40%.

"Pemerintah kan inginnya keekonomian nilai tambang, jadi lewat participating interest, keekonomian tambang bisa lebih besar menjadi 51%," tandas Budi saat berbincang dengan Pemimpin Redaksi Media, di Kantor Energy Building, Selasa (17/7).

Asal tahu saja, pada tahun 1996 Rio Tinto melakukan investasi di tambang Grasberg, Papua dengan memberikan uang jaminan kepada Freeport Indonesia dengan maksud mendapatkan produksi ore konsentrat tembaga sebanyak 40%. Dan, dalam klausul yang disepakati, Rio Tinto baru bisa mendapatkan produksi 40%-nya itu pada tahun 2022.

Tapi, Budi meyakini, dengan menjadi pemegang saham mayoritas sebanyak 51% nantinya, produksi 40% itu bisa didapat tanpa harus menunggu ditahun 2022. "Kita minta harus sekarang (dapat produksinya)," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×