kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.909   21,00   0,13%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Ini Alasan Penjualan Mobil Nasional di 5 Bulan Pertama 2024 Turun


Senin, 17 Juni 2024 / 06:36 WIB
Ini Alasan Penjualan Mobil Nasional di 5 Bulan Pertama 2024 Turun
ILUSTRASI. Penjualan mobil nasional berdasarkan wholesales dan ritel turun di periode Januari-Mei 2024


Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren penurunan penjualan mobil nasional yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir mendapat sorotan dari sejumlah pakar.

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan wholesales (pabrik ke dealer) mobil nasional turun 21% year on year (YoY) menjadi 334.969 unit pada Januari-Mei 2024.

Setali tiga uang, penjualan ritel (dealer ke konsumen) mobil nasional juga berkurang 14,4% yoy menjadi 361.698 unit.

Pengamat Otomotif Bebin Djuana menyampaikan, penurunan penjualan mobil di Indonesia bisa disebabkan oleh beberapa faktor seperti kondisi ekonomi global dan nasional yang belum stabil.

Pelemahan kurs rupiah juga membuat berdampak ke beberapa sektor industri, sehingga konsumen cenderung menunda pembelian mobil baru.

Baca Juga: Kemenperin Dorong Pabrikan China Perkuat Basis Produksi Mobil Listrik di Indonesia

Kenaikan suku bunga acuan juga mempengaruhi permintaan mobil baru, bahkan juga dirasakan hingga ke pasar mobil bekas yang ikut lesu.

"Pada awalnya setelah Pemilu, pasar otomotif diperkirakan akan pulih secara bertahap, ternyata guncangan demi guncangan terus mengganggu berakibat negatif pada industri ini," ungkap dia, Senin (10/6).

Pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Martinus Pasaribu menambahkan, pelemahan rupiah membuat harga komponen impor untuk mobil yang dirakit di Indonesia mengalami kenaikan. Akibatnya, harga mobil baru jadi ikut naik dan sulit terjangkau bagi masyarakat menengah yang menjadi segmen terbesar di pasar otomotif.

Prospek penjualan mobil pada sisa tahun 2024 akan bergantung dari dinamika berbagai faktor seperti ketidakpastian ekonomi global yang bisa menyulut kenaikan harga energi, sehingga memukul daya beli konsumen dan menghambat pemulihan ekonomi nasional.

Di sisi lain, jika sinyal penurunan suku bunga acuan benar-benar nyata, tentu hal ini akan berdampak pada penurunan suku bunga kredit dan cicilan kendaraan bermotor. Ujung-ujungnya daya beli konsumen akan membaik dan memacu mereka untuk membeli mobil baru.

"Sekitar 85%-90% pembelian mobil masih dilakukan melalui kredit," tutur dia, Selasa (11/6).

Baca Juga: GIIAS 2024 akan Segera Hadir dengan Diikuti 55 Merek Kendaraan

Sementara itu, Ketua III Gaikindo Rizwan Alamsjah menyampaikan, pihaknya tetap mempertahankan target penjualan mobil nasional berada di level 1,1 juta unit pada 2024 kendati pasar otomotif sedang melambat.

Adanya pameran otomotif seperti Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024 diyakini akan jadi pemicu tumbuhnya permintaan mobil. Apalagi, banyak merek yang berpartisipasi dan model baru yang diluncurkan pada ajang tersebut.

"Kalau pertumbuhan ekonomi masih di kisaran 5%, tren konsumsi mestinya tetap aman dan penjualan otomotif tetap lancar," tandas dia ketika ditemui KONTAN, Rabu (12/6).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×