Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investasi merupakan instrumen penting bagi keluar masuknya arus modal dari dalam maupun luar negeri untuk ditanamkan pada sektor-sektor yang berpotensi menghasilkan keuntungan ekonomis.
Kunjungan kerja Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita ke China makin membuka peluang bagi para pelaku industri otomotif asal Negeri Tirai Bambu untuk meningkatkan ekspor kendaraan bermotor berbasis listrik yang diproduksi di Indonesia.
Tercatat empat perusahaan yang ditemui Menperin dalam kunjungan tersebut menyambut baik harapan Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan ekspor, baik melalui penambahan volume maupun negara tujuan ekspor, dari pabrik-pabriknya di Indonesia.
Agus menyebut, Pemerintah Indonesia telah menetapkan target produksi mobil listrik pada tahun 2030 sebesar 600.000 unit. "Perusahaan juga sepakat untuk menjadikan Indonesia sebagai hub basis produksi EV stir kanan, untuk diekspor ke 54 negara pengguna mobil stir kanan,” ujar dia saat berkunjung ke China, dikutip dari siaran pers di situs Kemenperin, Jumat (14/6).
Baca Juga: Pabrikan Jepang Mulai Ekspansi ke Segmen Motor Listrik di Indonesia
Menperin juga mendorong para pelaku industri otomotif asal China untuk dapat melibatkan produsen komponen dalam negeri dari hulu ke hilir sehingga mewujudkan seluruh mata rantai produksi berada di Indonesia. Untuk itu, Menperin mendukung perusahaan otomotif asal China agar memanfaatkan insentif yang diberikan oleh Pemerintah Indonesia dalam berinvestasi.
Pada Mei 2024, PT Neta Auto Manufacturing Indonesia telah memproduksi Neta V-II dengan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) mencapai 40% dan berencana untuk meningkatkan TKDN sampai dengan 60% pada 2025 dengan target penjualan sebesar 10.000 unit per tahun.
Pada pertemuan dengan SAIC GM Wuling Automobile Company, Agus mengapresiasi kinerja perusahaan tersebut yang telah mampu mengekspor produk EV-nya ke 11 negara dan menjadikan Indonesia sebagai fasilitas produksi industri otomotif terbesar di luar China.
“Pemerintah Indonesia mengharapkan agar Wuling dapat menjajaki peningkatan pasar ekspor terutama untuk produk mobil listrik agar semakin menegaskan target Indonesia sebagai basis produk mobil listrik di ASEAN dan dunia,” ungkap Agus.
Selanjutnya, pada pertemuan dengan Cherry Automobile, Cherry berencana untuk melakukan riset produksi mobil PHEV atau plug-in hybrid electric vehicle di Indonesia. Berkaca pada pasar di negeri asalnya, jumlah penjualan mobil PHEV lebih popular, karena persoalan terkait ketersediaan dapat diselesaikan. Pembakaran bahan bakar pada mobil PHEV juga jauh lebih ekonomis dari mobil hybrid electric vehicle (HEV). Cherry juga telah menyampaikan komitmennya untuk memproduksi kendaraan listrik dengan total 100.000 unit pada tahun 2030.
Baca Juga: GIIAS 2024 akan Segera Hadir dengan Diikuti 55 Merek Kendaraan
Pemerintah Indonesia juga menyampaikan apresiasi kepada Sokonindo yang telah meluncurkan produk mobil listrik di Indonesia dan mengharapkan untuk dapat memperbanyak line up produksi dengan membawa model mobil listrik dari prinsipal ke Indonesia.
Pemerintah juga mendorong kepada semua perusahaan asal China untuk ambil bagian dalam pengembangan kendaraan elektrifikasi dan mendukung ekosistemnya di Indonesia.
"Negara ini merupakan pasar yang potensial bagi empat perusahaan tersebut, dan peluang menjadikan Indonesia sebagai hub produksi dan ekspor mobil listrik terbuka lebar,” imbuh Agus.
Keempat produsen mobil listrik asal China tersebut telah dan akan berproduksi di Indonesia. Saat ini Sokonindo memiliki kapasitas produksi 50.000 unit per tahun. Kapasitas produksi SGMW atau Wuling mencapai 120.000 unit per tahun.
Sedangkan Chery berencana memproduksi dengan kapasitas 8.000 unit per tahun melalui fasilitas manufaktur. Begitu pula Neta yang rencana produksinya sebesar 9.300 unit per tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News