Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) adalah salah satu Proyek Prioritas Pemerintah yang pembangunannya dimulai sejak tahun 2015 dan direncanakan akan terbangun sepanjang 2.812 km membentang hingga ujung Pulau Sumatera dengan nilai investasi sebesar Rp 538 triliun.
Proyek ini dibangun dengan tujuan membuka sentra-sentra ekonomi baru yang dapat terbangun dari kawasan industri serta mampu menjadi akses utama dalam menghubungkan berbagai provinsi di Pulau Sumatera.
Hingga saat ini, ruas yang telah beroperasi adalah sepanjang 531 km. Sebagai special mission vehicle, Kementerian Keuangan (Kemenkeu), PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) atau PT SMI terlibat aktif dalam pembiayaan pembangunan lima ruas Jalan Tol Trans Sumatera ini dengan nilai komitmen sebesar Rp18,5 triliun.
Baca Juga: Percepat proyek jalan tol Trans Sumatra, Hutama Karya dapat PMN Rp 6,2 triliun
PT SMI memberikan dukungan pembiayaan terhadap lima ruas Jalan Tol Trans Sumatera yang telah beroperasi saat ini. Ruas-ruas yang dibiayai secara langsung oleh PT SMI, yaitu Medan-Binjai, Palembang-Indralaya, Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung, Bakauheni-Terbanggi Besar serta pemenuhan porsi ekuitas untuk ruas Pekanbaru-Dumai yang dibiayai secara tidak langsung melalui sekuritisasi aset Tol Akses Tanjung Priok.
"Kami berharap dengan pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera ini, dapat membantu menggerakkan roda perekonomian Indonesia khususnya di Pulau Sumatera agar dapat terus bertumbuh," kata Sylvi J. Gani, Direktur Pembiayaan dan Investasi PT SMI dalam acara media briefing yang diselenggarakan secara daring oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Kemenkeu, Jumat (20/8).
Lebih lanjut, Sylvi memaparkan temuan hasil riset dari tim riset ekonomi PT SMI, pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera memberikan dampak multiplier terhadap output dalam perekonomian sebesar 1.70 kali dari total pengeluaran pada masa konstruksi dan juga proyeksi pendapatan pada masa operasional proyek.
Dampak output per tahun atas adanya pembangunan jalan tol ini setara dengan 2,2% Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Pulau Sumatera. Terhadap penyerapan tenaga kerja, dampak tenaga kerja per tahun dari pembangunan jalan tol ini setara dengan 2,4% tenaga kerja di Pulau Sumatera.
"Hal ini membuktikan bahwa pembangunan jalan tol ini telah membangkitkan stimulus terhadap perekonomian Indonesia," ujar dia.
Selain itu multiplier effectnya adalah memberikan dampak positif berupa penciptaan nilai tambah, pendapatan masyarakat dan kesempatan kerja di sektor-sektor ekonomi seperti konstruksi yang tumbuh sebesar 54%, industri pengolahan sebesar 22%, pertambangan sebesar 8%, perdagangan sebesar 6% dan sektor-sektor lainnya.
Baca Juga: Pemerintah suntik modal Hutama Karya Rp 6,2 triliun
"Potensi manfaat lainnya dari pembangunan jalan tol ini adalah meningkatkan akses konektivitas, pengurangan waktu tempuh, dan percepatan arus barang dan jasa," kata Sylvi.
Ia menjelaskan pembangunan proyek Jalan Tol Trans Sumatera adalah proyek yang prestisius, karena melibatkan berbagai pihak dan sumber pendanaan.
Dukungan pemerintah diberikan melalui APBN yang disalurkan dalam bentuk Penyertaan Modal Negara (PMN), dukungan konstruksi, pembebasan lahan, sekuritisasi aset, dan penjaminan.
"Tidak hanya APBN saja, pembiayaan pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera juga melibatkan pembiayaan kreatif dan unik dari PT SMI serta sinergi SMV lain di bawah Kementerian Keuangan. Diharapkan, pembangunan jalan tol ini dapat meningkatkan konektivitas, menumbuhkan pusat industri baru, menurunkan logistic cost dan menyerap tenaga kerja selama masa konsesi," ujar dia.
Baca Juga: Tarif Jalan Tol Trans Sumatera ruas Bakauheni-Terbanggi Besar segera naik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News