Reporter: Azis Husaini | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembelian tambang batubara milik Rio Tinto oleh Konsorsium Adaro dan EMR Capital rupanya susah-susah gampang. Adaro dan patnernya itu harus bersaing dengan perusahaan multinasional lain untuk memperebutkan tambang batubara Kestrel Australia. Tambang kestrel adalah tambang kokas.
Chief Executive Officer Adaro Energy Garibaldi Thohir mengungkapkan proses lelang tambang Kestrel itu sangat kredibel. Rio Tinto menerapkan banyak kriteria untuk kandidat peminat tambangnya. Bahkan masing-masing perusahaan dicek apakah betul memiliki komitmen untuk mengelola tambang itu. "Mereka tidak mau kalau saat dipegang operator lain produktivitas menurun," ungkapnya kepada Kontan.co.id, Rabu (30/5).
Dia menilai dalam melakukan proses divestasi Rio Tinto di tambang kestrel dengan harga US$ 2,25 miliar itu cukup panjang dan susah-susah gampang. Hal ini terkait dengan harga yang diminta Rio Tinto. "Tidak bisa turun, memang prosesnya lelang," ungkap Boy, sapaan akrab Garibaldi.
Yang pasti, Boy merasa senang pernah bertransaksi dengan Rio Tinto. Meski sudah pernah bertransaksi dengan Rio Tinto, Boy mengatakan dirinya tidak tertarik untuk melirik tambang emas Freeport. Saat ini Rio Tinto sedang menjual 40% participating interest tambang Grasberg Freeport Indonesia kepada pemerintah. "Wah tidak, ini saja sudah banyak yang harus dikerjakan," imbuh Boy.
Salah satu alasan Boy tak ingin membeli 40% PI Rio Tinto di Tambang Freeport itu karena saat ini Boy juga sudah miliki tambang emas Tumpang Pitu melalui PT Merdeka Cooper Gold Tbk. Pengalaman mengelola emas mestinya memudahkan Boy mengelola tambang Freeport. Namun Boy mengatakan tambang tumpang pitu dan Freeport punya kompleksitas berbeda.
Saat ditanya apakah ada kemungkinan berkongsi dengan Inalum yang saat ini mendapat penugasan membeli PI 40% Rio Tinto? Boy hanya menjawab singkat."Tidak lah," ungkapnya.
Seperti diketahui saat ini Inalum masih terus melakukan negosiasi harga dengan Rio Tinto. Dalam pernyataan resminya, Rio Tinto menginginkan harga US$ 3,5 miliar untuk 40% PI di Tambang Freeport ittu. Sedangkan Inalum meminta diskon 20% kepada Rio Tinto. Namun Rio Tinto menolak adanya diskon tersebut dengan alasan apapun.
Rumor yang sampai kepada Kontan.co.id, Menteri BUMN Rini Soemarno sudah melaporkan harga yang dinginkan Rio Tinto ke Presiden Joko Widodo. Proses negosiasi harga dengan Rio Tinto tidak melibatkan Kementerian ESDM.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News