kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini kata Mentan Amran soal melejitnya harga beras


Kamis, 26 Februari 2015 / 08:09 WIB
Ini kata Mentan Amran soal melejitnya harga beras
ILUSTRASI. Manfaat buncis untuk kesehatan tubuh.


Reporter: Nur Imam Mohammad | Editor: Yudho Winarto

MALANG. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman memastikan bahwa stok beras nasional akan aman. Hal tersebut disampaikan disela-sela kunjungan kerjanya di Kab. Malang, Jawa Timur pada Rabu (25/2). Amran bahkan mengungkapkan pada panen januari saja, angka produktifitas lahan padi mengalami peningkatan dari 7 ton/ha hingga mencapai 11 ton/ha di Jawa Timur. Keberhasilan itu didapat salah satunya dengan strategi waktu tanam padi yang dimundurkan dari jadwal biasa.

Amran bilang, “Kami berani katakan beras aman. Pertama, Januari kita panen 600.000 ha seluruh Indonesia, kalau produksi 7 ton per ha, itu berarti panen 4 juta ton gabah pada Januari, sementara kebutuhan nasional kita 2,3-2,5 juta ton per bulan. Gabah yang 4 juta  ton tadi kalau dijadikan beras jadi 3,2 sampai 3,3 juta ton beras, berarti surplus”.

Pada Februari, Amran menjelaskan bahwa akan ada panen padi seluas 1,24 juta ha dan jika dikalikan dengan 7 ton (angka produktifitas) jumlahnya bisa mencapai 7 juta ton lebih gabah. Jika akan menghitung jumlah seluruhnya, maka diitambah dengan 4 juta ton (Januari) menjadi 11 juta ton gabah dan kalau dijadikan beras bisa mencapai 8 juta ton. Berarti 2 bulan kebutuhan beras nasional terpenuhi. “Masa kritisnya ini kan Januari dan Februari” terang Amran.

Amran kembali menjelaskan bahwa saat ini stok beras di Bulog mencapai 1,4 juta ton beras, yang jika ditambahkan dengan 8 juta ton beras di bulan februari, maka total akan mencapai 9,4 juta ton beras. Belum lagi jika ditambah stok beras di pabrik, gudang- gudang pengumpul seluruh Indonesia sekitar 1,2 juta ton. “Total bisa mencapai 11 juta ton, sekarang rumah tangga di seluruh Indonesia ada 67 juta rumah tangga, kalau ada 20 kg saja dikali dengan 67 juta sama dengan 12 juta ton. Berarti sudah ada 12 juta ton per hari ini” terang Amran.

Salah satu yang sedang menjalani masa panen adalah Jawa Timur. Pada Maret 2015, Amran mengungkapkan akan ada 500.000 ha siap panen. Jika dikalikan dengan angka produktifitas beras di Ngawi yang mencapai 8 ton/ha, jumlahnya sudah bisa mencapai 4 juta ton sedangkan yang dibutuhkan untuk kebutuhan nasional 2,5 juta ton saja. “Hari ini (25/2) kurang lebih 100.000 ha kita panen di 3 kabupaten, menunjukkan produksi lompatan yang luar biasa 30-40 persen dari tahun sebelumnya” jelas Amran. 

Keberhasilan peningkatan produksi tersebut didapat menurut Amran salah satunya karena mundurnya masa tanam yang menurutnya banyak orang tidak tahu bahwa pola tersebut menguntungkan. Amran menjelaskan masa tanam yang biasanya dilakukan di bulan Oktober digeser ke bulan Januari.

Hal tersebut dilakukan karena pada bulan November dan Desember adalah musim hujan, sehingga Januari diprediksi mengalami banjir di lahan pertanian dan bisa membuat lahan kehilangan padi 20 sampai 30 persen. Belum lagi dengan masuknya hama ke lahan pertanian. Amran bilang, “Dengan cara ini kita lihat, Ngawi produksi naik 50 persen, Sragen dari 7 ton jadi 11 ton, Demak juga naik 50 persen, mengapa? Karena masa tanam bergeser ke Januari”.

Belum lagi dengan pemanfaatan teknologi pertanian, pendampingan, pemberian pupuk yang tepat waktu, serta optimalisasi sarana prasarana pertanian seperti irigasi diberikan, Amran mengatakan bahwa target Swasembada dapat dicapai.

Sementara itu, Amran mengungkapkan bahwa masalah dari naiknya harga beras di Jakarta adalah karena pendistribusian yang kurang baik. Sebagai catatan, harga gabah di tingkat petani Ngawi, Jawa Timur adalah Rp. 4500/Kg, sedangkan untuk menjadi beras harganya sekitar Rp. 6.500. berbeda dengan harga beras di DKI Jakarta yang bisa mencapai Rp. 12.000.

“Menurut Menteri Perdagangan ada mafia, menurut Menteri Pertanian ada benarnya mafia itu. Selesai, satu di lapangan dan satu dagang mau tanya siapa lagi. Berdasarkan data empiris ada benarnya kalau kita urut harga gabah di lapangan dengan harga beras di kota” jelas Amran.

Sementara itu ditanya perihal kewenangan Kementan dalam pola pengawasan distribusi, Amran menjawab, “Domain kami hanya produksi padi. Tapi jelas produsen kita harus sinergi dengan Kemendag. Mendag bagus, baru melihat bagaimana caranya, regulasi, distribusi dan segala macam diperbaiki” terang Amran.

Bahkan, Amran menyarankan bahwa Bulog harus dikembalikan fungsinya menjadi stabilitator harga beras, bukan inventory saja. Amran menjelaskan skemanya, menurutnya, “Begini ini kan mekanisme pasar, tata niaga ini pasti berada pada posisi seimbang, kalau Bulog  nanti menyerap dan melepas harga Rp. 7000, apa berani dia lepas Rp. 7500 sampai Rp. 8000, dia ga berani, ga laku berasnya sampai kiamat, karena Bulog ada di seluruh Indonesia” terang Amran.

Amran merencanakan akan memberikan Bulog serapan 5 juta ton Beras dan 2,5 juta ton Jagung. Dan skemanya akan dilakukan seperti yang diungkapkan sebelumnya. Semua diserap Bulog, terus keluar lagi ke pasar, hingga pedagang diluar berubah karakternya karena ada harga yang telah dipatok Bulog.

“Saya tanya Adinda, kalau Bulog main (Berperan menstabilkan harga) bagaimana? Pasti stabil dan ini yang tidak pernah dipikir dari kemarin” pungkas Amran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×