Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengamat ekonomi energi Universitas Padjadjaran, Yayan Satyaki menilai aksi korporasi Initial Public Offering (IPO) perusahaan panas bumi, tidak menjamin bisa menguatkan aset perusahaan dan akan membuat harga uap menjadi lebih murah. Pasalnya, strategi IPO belum menjamin terhadap investasi rill.
Sampai dengan saat ini, proses Holding BUMN Geothermal masih terus berjalan. Yayan memaparkan, berdasarkan informasi terkini proses konsolidasi aset kedua perusahaan antara PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) dan PLN Gas dan Geothermal harus melalui Peraturan Pemerintah (PP).
Yayan menilai, proses PP ini tidak mudah karena melibatkan banyak pihak apalagi untuk proses merger ini perlu dilakukan studi valuasi aset yang komprehensif terhadap rencana nilai IPO yang diterbitkan.
"Kecuali jika aspirasi politiknya sangat kuat prosesnya bisa dikejar cepat bisa dilewati beberapa tahap. Akan tetapi harus diingat investasi Geothermal di Indonesia ini gampang-gampang susah. Tidak terlalu berkembang seperti yang kita duga karena tidak ada demand creation yang membentuk secara kuat dalam jangka panjang," jelasnya kepada Kontan.co.id, Senin (25/10).
Baca Juga: Begini capaian kinerja sektor migas Kementerian ESDM hingga kuartal III 2021
Yayan menjelaskan lebih lanjut, posisi supply listrik PLN ini sudah over supply tanpa ada demand stimulation yang jelas.
Jika diasumsikan bahwa Geothermal sebagai mix energy share obligation karena harus hijau untuk mengejar target Nationally Determinided Contribution (NDC) dan Program Diversifikasi Energi, selama ekosistem harga energi tidak diperbaiki tetap akan sulit. Di sisi lain, investasi energi Geothermal tidak murah.
"Saya tidak terlalu menjamin bahwa IPO akan menguatkan aset perusahaan dan akan meningkatkan harga uap yang lebih murah, karena strategi IPO hanya investasi tetapi belum menjamin terhadap real investment," ujarnya.
Menurut Yayan, IPO belum tentu mencerminkan kinerja industri energi Geotermal Indonesia. Asymmetric informationnya masih tinggi.
Baca Juga: Medco dan Salim Group makin lengket, keduanya siap ekspor listrik surya ke Singapura
Saat ditanya prospek bisnis perusahaan panas bumi setelah IPO, Yayan tidak menampik bahwa dari segi investasi prospeknya akan baik. Diharapkan dengan adanya akuisisi aset yang lebih bagus maka dimungkinkan penguatan belanja modal untuk sektor energi akan lebih baik.
"Tapi harus diingat, merger aset perusahaan publik di Indonesia tidak menjamin harga uap akan efisien karena kebijakan harga ada di ekosistem pasar yaitu demand dan supply. Indonesia saat ini ekosistemnya masih fossil fuels tidak ramah terhadap energi baru dan terbarukan," tandasnya.
Selanjutnya: Komisi VII DPR tunggu kejelasan definitif soal holding geothermal
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News