kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini kata pengamat soal SKK Migas buka kemungkinan peningkatan produksi di Banyu Urip


Kamis, 16 Juli 2020 / 19:58 WIB
Ini kata pengamat soal SKK Migas buka kemungkinan peningkatan produksi di Banyu Urip
ILUSTRASI. SKK Migas buka kemungkinan peningkatan produksi Banyu Urip,. FOTO ANTARA/Aguk Sudarmojo/ss/nz/13.


Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) kembali membuka opsi meningkatkan produksi Lapangan Banyu Urip ke level 235 ribu barel per hari (bph). Asal tahu saja, saat ini produksi lapangan yang dikelola ExxonMobil Cepu Ltd tersebut berada di kisaran 220 ribu bph.

Pengamat Energi dari Reforminer Institute Komaidi Notonegoro menjelaskan langkah peningkatan produksi bisa menjadi salah satu cara meraih target penerimaan migas.

"Kemungkinan pilihan menaikkan produksi yang akan menolong target penerimaan migas. Ditengah harga yang belum pulih opsi menaikkan produksi adalah pilihan utama agar target dapat dicapai," jelas Komaidi kepada Kontan.co.id, Kamis (16/7).

Baca Juga: Produksi lapangan Banyu Urip bakal dipacu ke 235.000 bph

Asal tahu saja, sebelumnya SKK Migas menyebutkan penerimaan negara sektor hulu migas tahun ini berpotensi terpangkas hingga 59,47%.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menjelaskan, semula dalam target APBN 2020, penerimaan negara dari hulu migas dipatok senilai US$ 14,46 miliar. Penetapan target tersebut dengan asumsi harga minyak sebesar US$ 63 per barel. "Penerimaan negara untuk outlook 2020 menjadi US$ 5,86 miliar," kata Dwi dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII, Kamis (18/6).

Dwi menjelaskan, per Mei 2020 realisasi penerimaan negara baru mencapai US$ 4,10 miliar. Penurunan harga minyak yang hingga menjadi US$ 38 per barel membuat potensi penerimaan negara yang bisa diterima terpangkas sebesar US$ 4,95 miliar.

Lalu, dampak covid-19 membuat penerimaan negara kembali terpangkas sebesar US$ 2,97 miliar. Selanjutnya, langkah implementasi harga gas US$ 6 per MMBTU bagi sektor industri khusus membuka penerimaan negara terpangkas sekitar US$ 0,68 miliar.

Baca Juga: ExxonMobil Indonesia siap kordinasi dengan SKK Migas opsi peningkatan produksi

Seperti diketahui dalam upaya mengimplementasikan harga gas di bawah US$ 6 per MMBTU bagi tujuh sektor industri dalam Permen ESDM 8/2020 serta Kepmen ESDM 89/2020 untuk harga gas, pemerintah memastikan tidak akan memangkas bagian KKKS. Melainkan bagian negara yang akan dikorbankan.

Komaidi melanjutkan, saat ini Banyu Urip memang bisa dikatakan menjadi andalan dalam produksi minyak. Terlebih Blok Rokan yang juga sebetulnya potensial kini tengah memasuki jelang masa alih kelola sehingga produksinya tidak optimal. SKK Migas menyampaikan, produksi ExxonMobil hingga semester I 2020 berhasil melampaui target APBN dengan menjaga produksi di level 220 ribu bph.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×