kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ini Loh Alasan Industri Aluminium di Indonesia Perlu Dikembangkan


Jumat, 31 Desember 2021 / 11:25 WIB
Ini Loh Alasan Industri Aluminium di Indonesia Perlu Dikembangkan


Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belakangan ini pamor industri aluminium mulai meroket. Namun, sejumlah kendala dinilai masih jadi persoalan utama dalam pengembangan industri aluminium di Indonesia.

Pelaksana Harian Direktur Eksekutif Indonesia Mining Association (IMA) Djoko Widajatno mengungkapkan, saat ini investasi dari luar negeri atau Foreign Direct Investment (FDI) untuk klaster industri aluminium masih minim.

Pengembangan aluminium masih didominasi oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Padahal, pasar aluminium dinilai memiliki prospek yang cerah.

Djoko menilai kendala dalam menjaring FDI dikarenakan kepastian hukum dan kepastian berusaha. Dalam diskusi dengan perusahaan konsultan, Djoko menjelaskan sejumlah perusahaan menilai ketentuan divestasi tidak lagi dapat diandalkan.

"Karena umur smelter 30 tahun, kemudian divestasi harus dilakukan pada tahun kesepuluh, perusahaan sudah semakin kecil penghasilannya," ungkap Djoko kepada Kontan.co.id, Kamis (30/12).

Baca Juga: Punya Prospek Cerah, Investasi Klaster Industri Aluminium Masih Rendah

Dia melanjutkan, kondisi ini berpotensi diperparah menyangkut ketersediaan produk khususnya jika ada kebijakan untuk peruntukan dalam negeri. Berkaca dari komoditas lain misalnya batubara yang dikenakan ketentuan Domestic Market Obligation (DMO) dan di dalamnya ada harga yang dipatok untuk sejumlah sektor tertentu.

"Kemudian kalau sudah menyangkut ketersediaan produk, harus untuk dalam negeri, harganya rendah contoh DMO, inilah yang menghambat FDI," lanjut  Djoko.

Dia menambahkan, sejatinya pasar dalam negeri sangat menjanjikan terutama untuk konstruksi baja ringan. Pengembangan industri aluminium pun dinilai bakal mengurangi besaran Current Account Deficit (CAD).

Sementara itu, MIND ID Group pun kini punya sejumlah strategi dalam pengembangan industri aluminium.

Corporate Secretary MIND ID Heri Yusuf menjelaskan, saat ini PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) tengah berfokus meningkatkan kapasitas produksi dari 3 produk utama yaitu Ingot, Billet, dan Alloy.

Heri melanjutkan, salah satu langkah tersebut adalah dengan melakukan groundbreaking revamping atau Engineering Procurement Construction (EPC) peleburan billet aluminium sekunder yang akan memproduksi billet aluminium sekunder berkapasitas cetak sebanyak 50.000 ton per tahun.

"Secara bertahap ke depannya akan memproduksi berbagai produk aluminium ekstrusi sebagai produk turunannya," kata Heri kepada Kontan.co.id, Kamis (30/12).

Heri melanjutkan, Inalum juga menjalin kerjasama investasi bersama Emirates Global Aluminium dengan target menjadi pemain besar dalam klaster industri aluminium di regional.

Di sisi lain, Inalum bersama PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) kini tengah menggarap proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) yang merupakan proyek hilir komoditas bauksit di Mempawah, Kalimantan Barat.

Pada tahap pertama proyek ini direncanakan berkapasitas 1 juta ton SGA. Selain itu, proyek ini juga disebut bakal menghasilkan produk yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku Inalum mencapai 500 ribu ton per tahun.

Heri menegaskan perusahaan bakal berfokus untuk mengoptimalkan percepatan proyek di 2022 mendatang.

Adapun, saat ini produksi komoditas bauksit oleh ANTM per September 2021 mencapai 910.000 wet metric ton (wmt).    

Selain itu, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) terus melebarkan sayapnya di bisnis non batubara.

Baca Juga: Sejumlah Konglomerat Masuk ke Bisnis Smelter, Raup Untung dan Laksanakan Hilirisasi

Melalui PT Adaro Aluminium Indonesia, ADRO menandatangani Surat Pernyataan Maksud Investasi (Letter of Intention to Invest) sebesar US$ 728 juta untuk membangun aluminium smelter di Kawasan Industri Hijau Indonesia yang terbesar di dunia, yang sedang dibangun oleh PT Kalimantan Industrial Park Indonesia.

Penandatanganan dilakukan oleh Wakil Presiden Direktur Adaro Energy, Ario Rachmat pada hari Selasa (21/12) di Tanah Kuning, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara.

Penandatanganan ini disaksikan Presiden Joko Widodo, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Ketua Konsorsium Indonesia Garibaldi Thohir, Gubernur Kalimantan Utara Zainal Arifin Paliwang, serta Bupati Bulungan Syarwani.

Wakil Presiden Direktur Adaro Ario Rachmat mengatakan, investasi ini sejalan dengan komitmen ADRO untuk melakukan transformasi bisnis melalui green initiative jangka panjang.

Pembangunan aluminium smelter ini guna mendukung program hilirisasi industri yang dicanangkan pemerintah.

Melalui investasi ini, ADRO berharap dapat membantu mengurangi impor aluminium, memberikan proses dan nilai tambah terhadap alumina serta meningkatkan penerimaan pajak negara.

Baca Juga: Adaro Energy (ADRO) Bangun Smelter Aluminium di Kalimantan

“Kami juga berharap keberadaan industri aluminium di Kalimantan Utara ini dapat mendatangkan banyak investasi lanjutan dan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat,” tulis Ario dalam keterangan resminya di laman Bursa Efek Indonesia, Kamis (23/12).

Untuk mengembangkan industri ini, ADRO juga akan menggandeng mitra kerja dari luar negeri yang sudah memiliki rekam jejak, pengalaman, teknologi terkini dan pengetahuan secara menyeluruh di industri aluminium.

Ario optimistis, permintaan atas produk aluminium akan terus meningkat, terutama untuk kabel, baterai, dan sasis.

“Kami juga berharap di masa mendatang, industri lainnya seperti industri panel surya dan mobil listrik yang membutuhkan aluminium juga bisa diproduksi di sini,” pungkas Ario.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×