kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Punya Prospek Cerah, Investasi Klaster Industri Aluminium Masih Rendah


Kamis, 30 Desember 2021 / 13:59 WIB
Punya Prospek Cerah, Investasi Klaster Industri Aluminium Masih Rendah
ILUSTRASI. Pertambangan bauksit yang merupakan bahan baku aluminium


Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengembangan aluminium di Indonesia masih belum optimal kendati cadangan bauksit yang merupakan bahan baku aluminium cukup melimpah.

Merujuk Booklet Tambang Bauksit 2020 oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Indonesia memiliki cadangan bauksit sebanyak 1,2 miliar ton atau setara 4% cadangan bijih bauksit dunia yang mencapai 30,39 miliar ton.

Pelaksana Harian Direktur Eksekutif IMA Djoko Widajatno mengungkapkan, prospek pengembangan aluminium di Indonesia sangat baik terlebih adanya kebutuhan untuk sektor tertentu seperti konstruksi. Selama ini kebutuhan aluminium masih mengandalkan impor karena belum bisa dipenuhi dari dalam negeri.

"Untuk pengembangan aluminium, masih didominasi oleh BUMN, dan pemain barunya Adaro, sedangkan Foreign Direct Investment (FDI) belum terlihat," ungkap Djoko kepada Kontan, Selasa (28/12).

Djoko melanjutkan, hilirisasi mineral dan batubara kini masih didominasi oleh komoditas nikel.

Baca Juga: Sederet Konglomerat Rambah Bisnis Smelter, Ada Boy Thohir, Haji Isam, Kalla Group

Senada, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Industri Pengolahan dan Pemurnian Indonesia (AP3I) Prihadi Santoso menilai prospek pasar aluminium cukup tinggi.

"Seiring naiknya permintaan dan harga aluminium yang terus meningkat ditambah mulai pulihnya kondisi global," kata Prihadi, Kamis (30/12).

Prihadi menambahkan, saat ini pengembangan aluminium pun mulai diminati ditandai dengan hadirnya pembangunan smelter bauksit sebanyak 9 smelter yang kini tengah dalam tahapan konstruksi. Total kapasitas 9 proyek smelter bauksit ini mencapai 11,98 juta ton.

Kendati demikian, Prihadi tak menampik saat ini industri smelter nikel masih mendominasi mengingat cadangan nikel yang masih cukup banyak.

Merujuk data Kementerian ESDM, per 2019 lalu produksi dari Smelter Grade Alumina (SGA) mencapai 1,08 juta ton dan Chemical Grade Alumina (CGA) mencapai 70.000 ton.

Selain itu, pada 2019 produksi bijih bauksit Indonesia mencapai 16 juta ton. Sekedar informasi, bauksit dapat dimurnikan untuk memperoleh alumina dan dilebur untuk membuat aluminium. Diperlukan 2 ton-3 ton bauksit untuk menghasilkan satu ton alumina.

Baca Juga: Usung Industri Baja Berkelanjutan, Krakatau Steel Gandeng Tata Metal

Pada tahun 2019 Indonesia mengekspor setidaknya 16,1 juta ton bijih bauksit dan hanya 2,9 juta ton yang digunakan untuk pengolahan alumina di dalam negeri.

Produksi Alumina di Indonesia pada 2019 sebesar 1,1 juta ton dimana Alumina (SGA dan CGA) di ekspor sebesar 1,08 juta ton terdiri dari SGA sebanyak 1,06 juta ton dan CGA sebanyak 51.800 ton.

Selanjutnya, alumina yang disuplai dalam negeri untuk pemurnian aluminium sebesar 27.000 ton (SGA) dan yang langsung ke industri seperti kertas, detergen, kabel, dll sebesar 19.000 ton (CGA).

Merujuk data tersebut, kebutuhan aluminium Indonesia mencapai 1 juta ton dimana produksi dalam negeri hanya sebesar 250.000 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×