Reporter: Lamgiat Siringoringo | Editor: Lamgiat Siringoringo
Adapun enam strategi yang dapat dilakukan petani kakao dalam menghadapi perubahan iklim, antara lain :
1. Sanitasi dan rehab kebun. Langkah ini dapat dilakukan melalui emangkasan serta pemanenan buah matang/ panen sering dan pemetikan buah busuk. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan rehabilitasi tanaman melalui teknik sambung samping untuk tanaman kakao yang produktivitasnya sudah menurun atau tidak termasuk klon unggul.
2.Irigasi dan bak penampung. Khusus pembuatan bak penampung dilakukan apabila tidak ada tempat pembuangan akhir saluran irigasi (sungai).
3. Rorak dan istana cacing. Keduanya merupakan galian yang dibuat di sebelah pokok tanaman untuk menempatkan bahan organik dan dapat berfungsi sebagai lubang drainase. Rorak dimanfaatkan untuk mengumpulkan bahan organik yang apabila sudah cukup waktunya akan dimanfaatkan sebagai kompos, digali lalu ditaburkan ke piringan tanaman. Sedangkan istana cacing tidak diperlu digali untuk diambil komposnya dan ditaburkan ke permukaan, kompos tetap di bawah permukaan tanah dan dimanfatkan secara alami oleh akar tanaman.
4. Penanaman tanaman sela. Pemilihan dan pengkombinasian tanaman sela berhubungan erat dengan karakteristik tanah, periode tanam kakao (umur tanaman), jarak tanam kakao, peluang pasar dan pilihan pangan petani. Penanaman tanaman sela berguna sebagai nilai tambah bagi ekonomi dan menarik petani untuk bersemangat merawat kebunnya.
5. Pemupukan organik yang mengandung agens pengendali hayati (APH). Pekebun bisa memanfaatkan penggunaan agens pengendali hayati yakni sebagai penyuplai unsur hara dan menekan populasi organisme pengganggu tumbuhan (OPT).
6. Perangkap sederhana dan ramah lingkungan. Pembuatan perangkap dilakukan di penghujung musim hujan untuk persiapan menghadapi awal musim kemarau. Mengingat serangan hama biasanya menurun sepanjang musim penghujan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News