Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) terus berupaya untuk mencapai target bauran energi pada 2024. Sesuai rencana hingga 2024, emiten dengan kode saham PGAS ini akan membangun sejumlah infrastruktur baru di antaranya jaringan pipa transmisi dan distribusi masing-masing sepanjang 528 km dan 500 km.
Selain itu, PGAS juga akan membangun tujuh LNG filling station untuk truk/kapal, lima FSRU, 3,59 juta sambungan rumah tangga dan 17 fasilitas LNG untuk menyuplai kebutuhan kelistrikan dan menjangku wilayah geografis Indonesia.
Baca Juga: Dapat dana Rp 2,62 triliun, Tuban Petro yakin bisa menghemat devisa US$ 6,6 miliar
Sekretaris Perusahaan PGN Rachmat Hutama mengatakan, bila target bauran energi tercapai, maka pemerintah dapat mengurangi impor bahan bakar minyak dan LPG sehingga berpotensi menghemat Rp 62 triliun.
Kemudian, subsidi untuk BBM dan LPG juga bisa dipangkas hingga Rp 13 triliun dan bauran energi juga memberi nilai tambah hingga Rp 60 triliun.
Untuk diketahui, pemerintah menargetkan porsi bauran energi gas ditargetkan minimal 22% pada tahun 2024. Pada tahun tersebut, konsumsi gas nasional diperkirakan mencapai 5677 mmscfd.
Pada 2018, bauran energi gas nasional sudah mencapai 19.8% dengan konsumsi gas sebanyak 4000 mmscfd.
Hingga 2050, porsi Energi Baru Terbarukan (EBT) diproyeksikan menjadi 31% sementara penggunaan gas dalam skema bauran energi diprediksi sebesar 24% dari total keseluruhan bauran energi.
Baca Juga: Pakai jaringan gas PGN, pelaku UMKM di Pasuruan bisa tekan biaya operasional
“Penggunaan gas akan semakin meningkat walau naik hanya 2% tetapi dengan peningkatan volume yang menjadi signifikan,” ujar Division Head Corporate Communication PGN Krisdyan Widagdo Adhi, Jumat (18/10).
Beberapa upaya telah dilakukan PGN dan pemerintah guna mencapai target bauran energi ini. Di sektor kelistrikan yakni dengan optimalisasi penggunaan gas pada 87 pembangkit listrik. Sementara itu, pemerintah juga mengonversi LPG ke BBG pada 4.3 juta sambungan rumah (SR).
Akan tetapi, terdapat beberapa kendala dalam mewujudkan target bauran energi tersebut, salah satunya adalah masalah sustainability yakni menjaga keberlangsungan bisnis gas bumi berjalan berkeadilan dan dengan tata kelola yang baik untuk semua stakeholder dalam jangka panjang.
Baca Juga: Ada anggapan gross split merugikan investor migas, mitos atau fakta?
Lebih lanjut, Krisdyan juga menegaskan komitmen PGN yang siap untuk menyuplai jaringan gas (jargas) di ibukota baru. “Itu sudah pernyataan pemerintah, mau tidak mau PGN harus siap,” ujar Krisdyan.
Krisdyan menegaskan, sebenarnya PGN telah membangun jaringan gas di beberapa kota di Kalimantan, seperti Samarinda, Balikpapan, hingga Penajam Paser Utara yang merupakan calon ibukota baru.
Harapannya, penggunaan gas di ibukota baru bukan hanya sebagai pengganti bahan bakar untuk memasak tetapi juga bisa digunakan untuk keperluan lain mulai dari transportasi hingga kelistrikan. Perencanaan ini pun sedang digodog dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
“Gas bumi bisa dipakai di sektor transportasi komersial, rumah tangga, termasuk kelistrikan,” pungkas Krisdyan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News