Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Wilayah Kerja (WK) Mahakam menjadi blok migas terminasi yang telah berproduksi hampir 50 tahun dengan natural declining rate yang tinggi, yakni di kisaran 50% per tahun. Untuk itu, selaku operator, Pertamina Hulu Mahakam dengan dukungan penuh dari SKK Migas, melakukan berbagai upaya guna menahan laju penurunan produksi tersebut.
Pertamina Hulu Mahakam juga berupaya memperpanjang usia produksi hingga masa akhir kontrak dengan tetap mempertahankan tingkat keekonomian, memperhatikan aspek efisiensi, dan terus memelihara aspek keselamatan.
Mengingat WK Mahakam adalah blok migas yang sudah mature, pemerintah memberikan insentif kepada Pertamina Hulu Mahakam berupa perubahan Kontrak Bagi Hasil dan keringanan pajak. Tujuannya, untuk mengurangi beban biaya, agar operator dapat memproduksi migas dengan ekonomis sampai akhir masa kontraknya.
Insentif hulu migas merupakan stimulus yang diberikan oleh pemerintah kepada pelaku industri hulu migas untuk mengurangi pembiayaan/beban operasi sehingga pelaku industri dapat lebih agresif melaksanakan program kerja untuk meningkatkan produksi, serta memelihara tingkat keekonomian aset.
Baca Juga: Awal November 2023, Lifting Minyak Bumi Mengendur
Pemberian insentif dari Pemerintah Indonesia kepada Blok Mahakam di awal tahun 2021 telah memberikan kemampuan bagi WK Mahakam untuk melanjutkan program kerja pengembangan secara lebih ekstensif termasuk menjalankan program eksplorasi yang ditujukan untuk membuka potensi prospek cadangan migas di Blok Mahakam. Hal ini vital untuk menjamin keberlangsungan investasi dan mendukung pencapaian target produksi migas nasional.
Setyo menjelaskan, penerimaan insentif tentunya memberikan efek yang sangat signifikan terhadap penerimaan negara dan pengembangan daerah. Bagi Pertamina Hulu Mahakam insentif merupakan stimulus dan perhatian khusus dari pemerintah untuk meningkatkan produksi guna mendukung ketahanan energi nasional, memaksimalkan recovery cadangan dan sumber daya blok Mahakam, dengan tetap memberikan tingkat pengembalian investasi yang wajar kepada investor dan nilai bagi semua pemangku kepentingan.
Dengan adanya insentif, Satyo menyebut Pertamina Hulu Mahakam dapat lebih banyak melaksanakan kegiatan pembangunan platform baru, pengeboran dan menjamin keberlanjutan rencana pengembangan lapangan serta eksplorasi. Kebijakan pemerintah ini telah memberikan manfaat baik bagi negara, Pertamina Hulu Mahakam serta melalui multiplier effect yang ditimbulkan juga berdampak bagi industri pendukung minyak dan gas (migas) di Kalimantan Timur.
Baca Juga: Pertamina dan Chevron Sepakat Berkolaborasi untuk Mengelola Karbon di Indonesia
Adapun Pertamina Hulu Mahakam mencatatkan angka produksi minyak sebesar 26.251 barel minyak per hari (BOPD) dan gas sebesar 530 juta kaki kubik gas per hari (MMSCFD) sampai dengan bulan Oktober 2023.
Pencapaian produksi tersebut merupakan hasil dari upaya maksimal teknis operasi, mengingat sebagian besar dari lapangan-lapangan minyak dan gas di Wilayah Kerja (WK) Mahakam telah mature dan masuk ke fase penurunan produksi alamiah (natural decline).
Setyo Sapto Edi General Manager Pertamina Hulu Mahakam menyebut, selama beberapa tahun terakhir, Pertamina Hulu Mahakam berhasil menahan laju penurunan produksi alamiah yang tinggi dan mempertahankan tingkat produksi pada lapangan-lapangan migas yang sudah mature.
Hal ini bisa dicapai berkat penerapan berbagai inovasi dan teknologi guna meningkatkan recovery rate dari sumur-sumur migas yang ada. “Selain itu, kami juga menerapkan praktik-praktik engineering terbaik dalam memelihara dan meningkatkan keandalan fasilitas operasi dan produksi migas yang sudah berumur puluhan tahun,” terang Setyo dalam siaran pers, Rabu (15/11).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News