Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
Adapun dengan dihapusnya Indonesia dari daftar negara berkembang, Kamar Dagang Indonesia (Kadin) menyatakan manfaat fasilitas sistem tarif preferensial umum (Generalized System of Preference/GSP) AS untuk produk ekspor asal Indonesia akan hilang seluruhnya.
Berdasarkan aturan internal AS terkait GSP, fasilitas ini hanya diberikan kepada negara yang mereka anggap sebagai negara berkembang. Asal tahu saja, pada Oktober 2019 lalu produk Plywood kayu tipis kurang dari 66 mm (HS 44123141155) mendapat fasilitas GSP. Integra salah satu perusahaan yang menikmati fasilitas ini.
Wendy melihat efek gulir yang dilihat Kadin untuk ke arah dicabutnya GSP mungkin masih terlalu jauh. Pasalnya, menurut Wendy penetapan Indonesia sebagai negara maju baru diberlakukan.
Baca Juga: Mau untung, Integra Indocabinet (WOOD) harus fokus sasar pasar ekspor
Wendy menjelaskan ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan dicabutnya GSP. Sebagai contoh kejadian yang dihadapi China. Negara tirai bambu merupakan negara eksportir plywood ke AS terbesar dengan harga di bawah pasar AS. "Sedangkan ekspor plywood Indonesia masih jauh nilainya dibanding China," ujarnya.
Adapun untuk kontribusi produk plywood Integra, kontribusinya terhadap penjualan tidak sebesar segmen furniture dan building component yang diekspor ke AS. Meski begitu, Integra tetap menyiapkan langkah antisipasinya. Wendi menyatakan apabila GSP dicabut pun, sebagian plywood juga bisa diserap negara pembeli lainnya.
Selain itu, WOOD akan menyerap kayu Plywood untuk pengembangan produk kitchen cabinet. Sebagai tambahan produk kitchen cabinet dari China dikenakan anti-dumping dan anti-subsidy duty oleh AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News