Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Fitri Arifenie
JAKARTA. Prospek bisnis industri tekstil di tahun 2014 kurang menggembirakan. Kebijakan pengetatan kredit perbankan dan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS membuat investasi di sektor ini sulit tumbuh.
Benny Sutrisno, Ketua Dewan Pembina Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) memperkirakan, sepanjang tahun 2013 lalu, nilai investasi di sektor tekstil mencapai Rp 2 triliun. "Sepertinya, kondisi tahun ini tak akan jauh berbeda," kata Benny.
Kondisi ini sudah dirasakan sejak tahun lalu. Sebagai gambaran, sampai kuartal ketiga tahun 2013, realisasi investasi dalam negeri untuk tekstil dan produk tekstil (TPT) mencapai Rp 1,2 triliun. Jumlah ini turun 61% dibandingkan dengan tahun 2012, periode yang sama.
Sedangkan, investasi dari luar negeri sepanjang Januari sampai November 2013 mencapai US$ 656,8 juta. Sampai tutup tahun 2013, Benny memperkirakan, nilai investasi dari luar negeri bisa tembus hingga US$ 750 juta.
Menurut Benny, pihak perbankan mengerem pemberian kredit sejak 2012 lalu. "Tentu berdampak kepada sektor rill seperti investasi TPT," kata Benny.
Selain kredit yang semakin ketat, kenaikan biaya produksi juga dituding sebagai penyebab pertumbuhan industri tekstil melambat. Salah satunya adalah kenaikan biaya energi membuat calon investor untuk menahan diri semakin melebarkan usahanya.
Benny mencontohkan, kenaikan tarif dasar listrik. Menurut Benny, kenaikan listrik bisa berdampak pada pada kenaikan harga produk sehingga daya saing dengan produk buatan luar negeri ikut turun. Menurut perkiraan API, pada tahun ini, harga produk hilir industri tekstil seperti pakaian bakalan meningkat sampai 20%.
Meski demikian, Benny cukup optimistis bahwa usaha ini bisa menebalkan kantong. Sebab, ekspor tahun 2014 akan lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tahun lalu, ekspor tekstil dan produk tekstil sebesar US$ 12,9 miliar. Di tahun kuda kayu ini, ekspor tekstil dan produk tekstil naik 8,53% menjadi US$ 14 miliar.
Kenaikan ekspor ini tidak lepas dari kondisi ekonomi dari beberapa negara tujuan ekspor tekstil dan produk tekstil yang kian pulih. "Kondisi ekonomi di Amerika Serikat, Jepang, dan negara-negara di kawasan Eropa mulai membaik," ujarnya.
Sebelumnya, Ade Sudrajat, Ketua Umum API mengatakan, konsumsi tekstil dan produk tekstil di dalam negeri bakal tumbuh tahun ini karena adanya pesta demorasi. Namun, beban upah buruh dan energi membuat harga tekstil dan produk tekstil bakal lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News