kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Investasi migas memasuki titik jenuh


Senin, 19 September 2016 / 10:40 WIB
Investasi migas memasuki titik jenuh


Reporter: Azis Husaini, Febrina Ratna Iskana | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Indonesian Petroleum Association (IPA) menilai penjualan blok migas oleh operator asing membuktikan bahwa investasi migas di Indonesia mengalami titik jenuh. Ada banyak peraturan yang tidak mendukung industri migas ditambah lagi harga minyak yang masih rendah. 

Board of Director Indonesia Petroleum Association (IPA), Sammy Hamzah mengatakan, secara umum investasi migas di Indonesia tidak lagi menarik untuk saat ini. Hal ini karena masih banyak sekali peraturan-peraturan di industri migas yang tumpang tindih.

"Jadi itu masih masalah sampai sekarang antara aturan di daerah dan pusat. Sekarang kurang menarik investasi baik di eksplorasi maupun produksi migas, tidak banyak ada kegiatan investasi baru," ungkap dia ke KONTAN, Minggu (18/9). 

Dia menilai, salah satu dampaknya adanya banyak peraturan yang masih tumpang tindih dengan perginya ConocoPhilips dari Blok B South Natuna. "Banyak sekali perusahaan-perusahaan asing yang melepas dan bukan hanya ConocoPhilips. Bahkan kaya Total EP di Mahakam contohnya, belum tentu mau ambil kan 15%. Banyak perusahaan-perusahaan  juga yang gulung tikar juga seperti halnya Hess Corp," kata dia.

Sejauh ini memang Total EP belum memberikan kepastian akan ikut mengelola Blok Mahakam bersama Pertamina atau tidak. Sementara itu, dia mengatakan, dirinya belum tahu siapa lagi yang dalam waktu dekat ini akan kembali menjual blok migasnya. "Tetapi secara umum  suasananya kurang kondusif, bukan saja dirasakan investor asing, perusahaan lokal juga," ujarnya.

Dalam catatan KONTAN, kontraktor migas yang sudah hengkang adalah Hess Corp menjual mayoritas bloknya ke Saka Energi, Anadarko Petroleum Corporation, Korean National Oil Corporation. Alasan mereka tak menemukan migas dan kebijakan yang tak mendukung seperti soal pajak eksplorasi.

Demikian pula dengan Murphy Oil, mereka hengkang karena hasil pengeboran di empat blok migas nihil. Empat blok Murphy Oil adalah Blok Semai II di Papua Barat, Blok South Barito di Kalimantan Selatan, Blok Semai I, Blok Wokam di Papua.

Kemudian, Perusahaan migas asal Australia Cooper Energy yang menjual 100% saham Blok Merangin III dan Sumbagsel di Cekungan Sumatera Selatan kepada Mandala Energy Limited senilai US$ 8,25 juta.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×