Reporter: Namira Daufina | Editor: Markus Sumartomjon
JAKARTA. Geliat penjualan ponsel di tanah air yang terus tumbuh membuat perkembangan gerai ponsel pun mengekor. Saling caplok peritel ponsel marak terjadi sepanjang tahun ini oleh pebisnis lokal. Terbaru, pemodal asal Australia bernama Pine Capital membeli gerai Story-I milik perusahaan lokal bernama PT Inetindo Infocom.
Pimpinan Pine Capital, Brett Crowley melihat potensi bisnis di pasar Asia, khususnya Indonesia dalam menjalankan bisnis ini. "Konsumen Asia kini menyukai merek ternama, khususnya yang terkait produk ponsel," katanya, Senin (15/9) seperti dikutip dari The Australian Financial Review.
Perusahaan ini membeli sekitar 95% saham Story-I dari Inetindo dengan nilai US$ 22,2 juta. Saat ini, Inetindo memiliki delapan gerai produk Apple, tiga gerai SYNC yang khusus menjajakan ponsel Samsung, serta satu gerai khusus ponsel Lenovo.
Pine Capital jelas kepincut dengan Story-I. Sepanjang 2013, peritel ini diklaim berhasil meraup pendapatan setara US$ 18,3 juta dengan laba lebih dari US$ 1 juta.
Nah, dari hasil kinerja Sroty-I ini, Pine Capital berencana membuka sekitar 11 gerai penjualan ponsel lagi tahun depan. Sebagian besar merupakan gerai penjualan produk Apple.
Sampai berita ini turun, KONTAN belum belum berhasil menghubungi Inetindo. Yang jelas, perusahaan ini adalah penjaja beragam produk teknologi informasi (TI) sejak 2010. Kemudian melebarkan sayap ke ritel produk Apple saat berusia belum sampai satu tahun.
Djatmiko Wardoyo, Sekretaris Perusahaan PT Erajaya Swasembada Tbk menyambut positif kehadiran Pine Capital. "Kami sambut baik jika ekspansi itu terjadi nantinya. Bersaing sehat dengan tujuan untuk membuat Ibox tetap menjadi pilihan pertama bagi konsumen," katanya ke KONTAN menyebut gerai Apple yang Erajaya kelola.
Yang jelas, Erajaya sudah siap bersaing di bisnis ritel ponsel. Erajaya sendiri saat ini sudah punya 14 merek ponsel di lebih dari 500 gerai. Terdiri dari 450 outlet multi brand di bawah Erafone serta 45 outlet Apple di bawah Ibox.
Selain itu Erajaya juga memiliki ritel merek Samsung Experience Shop, Blackberry Store, Nokia Store dan Sony Store ditambah sebuah outlet berdasarkan operating system dengan nama Android Nation.
Lewat gerai penjualan tersebut, Erajaya menargetkan penjualan Rp 13,5 triliun tahun ini. Adapun di semester satu tahun ini, penjualan Erajaya mencapai Rp 6,8 triliun.
Meski Pine Capital masuk, tidak membuat Erajaya serta merta mendekati Story-I untuk melakukan kerja sama. Karena menurut Djatmiko, sampai saat ini Erajaya telah bekerja sama dengan hampir semua prinsipal baik sebagai distributor maupun retailer. “Tapi kami tidak menutup kemungkinan bekerja sama itu, toh ini pasar yang dinamis. Kemungkinan itu selalu ada,” tambahnya.
Ia optimistis pertumbuhan gerai ponsel bakal positif. Pasalnya tren pasar gadget yang ditopang ponsel pintal makin tumbuh. "Tahun ini pertumbuhannya by number itu mencapai 30% sedangkan by value itu pertumbuhannya sampai 74%,” jelasnya. Hal ini berbanding terbalik dengan ponsel fitur. Meski pertumbuhan bisnisnya mencapai 70% namun dari sisi nilai hanya bertambah sekitar 26% saja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News