kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Sektor Mineral Indonesia Berpeluang Tumbuh Pesat Jika Pengelolaan Risikonya Tepat


Senin, 20 November 2023 / 11:23 WIB
Sektor Mineral Indonesia Berpeluang Tumbuh Pesat Jika Pengelolaan Risikonya Tepat
ILUSTRASI. Sejumlah pekerja melakukan peleburan biji nikel di Unit Bisnis Pertambangan Nikel (UBPN) Sultra PT Aneka Tambang (ANTAM) di Kolaka, Sultra, Selasa (8/5). Sektor Mineral Indonesia Berpeluang Tumbuh Pesat Jika Pengelolaan Risikonya Tepat


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Indonesia telah mengalami pertumbuhan positif dan agresif dalam pembangunan serta pengoperasian fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral dalam beberapa tahun terakhir, sebagai bagian dari strategi nasional untuk mendorong industri hilir. 

Meskipun perkembangan ini menjadi peluang transformasional bagi negara dan rantai nilai sektor pertambangan, penting untuk menekankan bahwa evaluasi, pembangunan, dan peluncuran aset baru harus dilakukan dengan perencanaan matang serta pengawasan berkelanjutan agar tidak membahayakan sektor industri ini.

Dalam kajian terbarunya terhadap sektor pengolahan dan pemurnian mineral Indonesia, perusahaan konsultan dss+ telah memanfaatkan pengalamannya dalam membantu klien di tingkat lokal dan global untuk menyelesaikan proyek modal dengan lebih baik dalam hal kerangka waktu dan anggaran. 

Dalam pandangan mendalam mereka, dss+ menyoroti sejumlah persyaratan yang mendasari keberhasilan peluncuran dan pengoperasian fasilitas tersebut.

Baca Juga: Divestasi 14% Saham Vale Indonesia Diteken, Ini Rekomendasi Saham INCO

Khususnya, kajian ini menekankan bahwa dalam konteks ekonomi global yang lebih luas, sebanyak 67% proyek modal mengalami kegagalan dalam aspek waktu, biaya, kualitas, atau keselamatan. 

Tantangan ini menjadi perhatian khusus bagi sektor pengolahan dan pemurnian mineral di Indonesia, mendorong pemangku kepentingan untuk mengambil langkah-langkah krusial dalam memastikan hasil investasi modal sesuai dengan anggaran atau bahkan lebih baik.

Langkah strategis pemerintah Indonesia yang melarang ekspor mineral diidentifikasi sebagai pendorong kuat dalam meningkatkan keuntungan jangka panjang dari kekayaan mineral negara. 

Dengan mengurangi ketergantungan terhadap impor logam olahan dan meningkatkan nilai ekspor, Indonesia bersiap untuk menjadi pemimpin global dalam produksi dan ekspor mineral olahan bernilai tinggi, bukan hanya dalam produksi mineral mentah.

Baca Juga: Begini Prospek Vale Indonesia (INCO) Usai Keputusan Divestasi 14% Saham ke MIND ID

Alfonsius Ariawan, Mining & Metals Lead dss+ Indonesia, menegaskan bahwa meskipun sektor pengolahan dan pemurnian mineral terlihat menguntungkan, pelaku industri dan regulator harus tetap menyadari tantangan yang dapat menghambat pertumbuhan masa mendatang jika tidak dikelola secara efektif. 

"Sektor ini menghadirkan serangkaian tantangan, termasuk melaksanakan proyek dengan kapasitas yang dibutuhkan tepat waktu, hemat anggaran, dan tanpa mengorbankan keselamatan. Pemahaman risiko, perencanaan matang, dan kehati-hatian dalam operasional menjadi sangat penting," ujar Alfonsius dalam siaran pers, Senin (20/11).

Pemerintah Indonesia telah menerapkan kebijakan pembatasan ekspor bijih sejak 2014, dengan penghentian ekspor nikel pada Januari 2022 dan bauksit pada Juni 2023. Meskipun kebijakan ini relatif baru, hasilnya menjanjikan, seperti peningkatan nilai ekspor produk nikel olahan pada 2021 yang sepuluh kali lebih besar dari ekspor nikel empat tahun sebelumnya. Hal ini mencerminkan peningkatan produksi dan dukungan terhadap pengolahan dan pemurnian dalam negeri.

Dalam upaya mencapai tujuan menjadi pemimpin dunia, pengembangan kapasitas pemurnian dalam negeri dianggap sebagai elemen penting. Jumlah smelter nikel di Indonesia meningkat dari dua menjadi 16 antara 2014 dan 2020, dengan rencana untuk membangun lebih banyak smelter hingga 2030. Ini diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan ekonomi lokal di sektor pertambangan dan pemurnian.

Baca Juga: Harga Emas Diprediksi Reli pada Tahun 2024, Saat yang Tepat Koleksi ANTM

Namun, dss+ mengidentifikasi sejumlah tantangan terkait dengan peraturan pemerintah, termasuk ketidakpastian regulasi dan perundangan di masa mendatang. Sebagai investasi jangka panjang, kebijakan yang positif dan iklim usaha yang mendukung menjadi dasar bagi investor. 

Untuk mengantisipasi ketidakpastian, investor perlu menguji skenario aturan dalam rencana bisnis mereka, sejalan dengan kemampuan mereka dalam menjalankan proyek sesuai kerangka waktu dan anggaran yang ditetapkan.

Dalam rekomendasinya, dss+ menyarankan para pelaku bisnis utama Indonesia di sektor pemurnian mineral untuk melakukan riset pasar menyeluruh, menilai kemampuan finansial, memahami potensi risiko, mengembangkan kemitraan kuat, dan memainkan peran utama dalam kelayakan, konstruksi, dan operasional. 

Ini akan membantu investor mengatasi sejumlah tantangan yang mungkin mereka hadapi dalam memasuki industri pemurnian mineral, baik di pasar global maupun domestik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×