kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jadi Bahan Baku Parfum, Pemerintah Siap Dorong Pemanfaatan Minyak Nilam


Jumat, 11 Februari 2022 / 19:08 WIB
Jadi Bahan Baku Parfum, Pemerintah Siap Dorong Pemanfaatan Minyak Nilam
ILUSTRASI. Tanaman nilam


Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minyak nilam selama ini dimanfaatkan sebagai bahan campuran untuk parfum, aroma therapy dan produk lainnya.

Dengan segudang manfaat yang dimiliki, tak salah jika dunia begitu tertarik dengan komoditas satu ini. Indonesia tercatat menjadi salah satu negara terbesar untuk ekspor tanaman atsiri (minyak nilam, sereh wangi dll).

Plt Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Ali Jamil mengungkapkan, saat ini tercatat luas areal tanaman nilam di Indonesia mencapai 18.723 hektare (ha) yang seluruhnya merupakan perkebunan rakyat.

Di sisi lain, Direktorat Jenderal Perkebunan kini mulai melakukan fasilitasi pengembangan tanaman nilam kepada petani dalam beberapa tahun terakhir.

Baca Juga: Industri Parfum Lokal Semakin Semerbak Wanginya

Sejak 2019 hingga 2021 telah dilakukan penanaman nilam untuk total luas 105 Ha. Untuk tahun ini, direncanakan penanaman nilam dapat dilakukan pada 100 Ha.

"Produksi dalam negeri tahun 2021 sebesar 1.760 Ton Minyak Nilam (Angka Sementara), dengan wilayah produksi tersebar di Pulau Jawa, Pulau Sumatra dan Pulau Sulawesi dengan luas areal kurang lebih 18.273 Ha," ungkap Ali kepada Kontan.co.id, Jumat (11/2).

Ali melanjutkan, untuk ekspor tanaman atsiri pada tahun 2021 mencapai 2.639 ton dengan nilai mencapai US$ 66,52 juta. Adapun, 7 negara yang mendominasi ekspor komoditas ini yakni India, Amerika Serikat, Prancis, Belanda, China, Singapura dan Spanyol.

Ali mengakui, komoditas nilam memiliki potensi yang besar untuk menghasilkan nilai tambah bagi devisa negara.

Menurutnya, saat ini pemerintah terus mengupayakan pemberian fasilitasi kepada petani seperti sarana produksi berupa benih dan pupuk. Selain itu, pemerintah juga turut memfasilitasi sarana pengolahan minyak nilam dan menjalin kemitraan dengan pelaku usaha minyak nilam.

"Ke depannya diarahkan membangun kemitraan antara petani dengan perusahaan offtaker, dengan industri pengolahan maupun eksportir," terang Ali.

Baca Juga: Indonesia Ekspor 150 Kontainer Sabun Produksi UMKM ke 6 Negara

Sementara itu, Direktur Pengembangan Produk Ekspor Kementerian Perdagangan Miftah Farid mengungkapkan, dalam kurun 2017 hingga 2021 terjadi peningkatan ekspor untuk minyak atsiri rata-rata 10%.

Miftah mengakui potensi pasar minyak atsiri saat ini masih belum terutilisasi secara maksimal. "Saat ini ekspor minyak atsiri Indonesia ke pasar dunia sebagian besar adalah produk setengah jadi atau belum menjadi turunannya," ungkap Miftah kepada Kontan, Jumat (11/2).

Dia mengakui perlu ada kolaborasi lintas kementerian untuk pengembangan hilirisasi minyak atsiri.

Saat ini, Miftah memastikan Kementerian Perdagangan terus berupaya mendorong pengembangan ekspor produk hilir minyak atsiri. Sejumlah upaya dilakukan antara lain melalui pengembangan kapasitas eksportir maupun pengembangan produk ekspor.

"Upaya lain yang tidak kalah penting adalah peningkatan akses pasar pelaku bisnis minyak atsiri terutama UKM (dengan) orientasi ekspor," jelas Miftah.

Adapun, untuk strategi ini Kemendag melakukan sejumlah kegiatan seperti promosi ekspor, business matching hingga pameran dagang.

Baca Juga: Incar Eropa, anak usaha Sido Muncul mulai ekspor perdana minyak atsiri ke Prancis

Sementara itu, CEO & Founder PT Hadir Mengharumkan Nusantara Rizky Arief Dwi Prakoso yang merupakan salah satu pelaku usaha industri parfum tanah air mengungkapkan, alasan belum optimalnya pemanfaatan minyak atsiri maupun minyak nilam.

Rizky yang perusahaannya terkenal dengan brand HMNS mengungkapkan, kondisi saat ini lebih dipengaruhi kondisi pasar maupun industri dalam negeri yang belum bisa menyerap seluruh potensi yang ada.

"Selama ini belum ada yang membuat barang jadi dan market belum sesiap itu menerima barang jadi yang nilai tambahnya ada di Indonesia. Nilai tambahnya dalam bentuk brand itu," terang Rizky kepada Kontan.co.id, Kamis (10/2).

Rizky pun mengungkapkan, kini industri parfum tanah air kian mewangi. Ini tercermin dari mulai banyaknya produsen parfum dalam negeri.

Adapun, melalui produk HMNS, Rizky mengharapkan produk lokal dapat kian dikenal oleh masyarakat baik di Indonesia maupun secara global.

Selain itu, dengan komoditas minyak nilam yang dimiliki Indonesia, Rizky berharap ke depannya Indonesia dapat dikenal sebagai negara dengan brand parfum yang kuat.

"Mimpi HMNS tetap ya, Indonesia bisa dikenal sebagai salah satu negara yang bisa membuat brand parfum yang diakui tidak cuma sebagai sumber bahan mentah parfum," pungkas Rizky.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×