Reporter: Vina Elvira | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Tigaraksa Satria Tbk (TGKA) tengah fokus pada pengembangan sejumlah lini bisnis anyar di tahun ini. Salah satu bisnis yang tengah dijajaki adalah lini distribusi cold chain product. Manajemen menyebut, ekspansi usaha tersebut merupakan satu dari sekian strategi bisnis yang dicanangkan perusahaan untuk menggenjot pertumbuhan bisnis ke depan.
"TGKA sebagai perusahaan distribusi berskala nasional, memiliki kompetensi yang memadai untuk merambah ke lini distribusi cold chain. Sebab, kategori produk makanan & minuman yang membutuhkan fasilitas cold chain diprediksi masih akan tumbuh signifikan ke depannya," ungkap Sekretaris Perusahaan Tigaraksa Satria Syahrizal Sabir, dalam Paparan Publik Virtual, Selasa (19/10).
Dia memaparkan, secara proses distribusi, sebenarnya produk chold chain memiliki kesamaan dengan distribusi dry products yang telah dijalankan TGKA selama ini. Yang membedakan adalah, kebutuhan akan fasilitas cold chain dalam proses penyimpanan dan distribusi sebagai kebutuhan utama dari kategori frozen & chilled products.
Adapun, di tahun ini Tigaraksa Satria sendiri belum melakukan investasi khusus untuk membangun fasilitas cold chain. Sehingga, fasilitas tersebut masih dipenuhi melalui kerja sama sewa dengan perusahaan cold chain provider yang disesuaikan dengan pertumbuhan penjualan.
Baca Juga: Produksi Vale Indonesia (INCO) turun pada kuartal III, ini penyebabnya
"Di tahun 2021 kami belum melakukan ekspansi khusus untuk fasilitas cold chain ini, kami masih melakukan kerja sama dengan pihak ketiga. Nanti, kalau memang sudah membutuhkan ekspansi khusus akan kami lakukan, tapi so far saat ini belum," papar Syahrizal.
Per September 2021 lalu, TGKA berhasil melakukan kerja sama distribusi dengan empat prinsipal anyar di lini bisnis cold chain product. Di antaranya, PT Gonusa Prima Distribusi (produk susu segar pasteurisasi), PT ABC Kogen Dairy (produk susu segar pasteurisasi), PT Jala Sembilan (produk frozen seafood), dan terakhir PT Aqua Farm Nusantara (produk frozen seafood).
Sementara itu dari sisi pendapatan, Presiden Direktur TGKA Lianne Widjaja menyebut, kontribusi lini bisnis cold chain masih relatif kecil terhadap total pendapatan perusahaan. Hal ini lantaran bisnis tersebut masih dalam tahap awal dan penjajakan, sehingga perusahaan pun masih fokus kepada pemenuhan sumber daya dan juga infrastruktur untuk mendukung pengembangan bisnis ke depan.
"Jadi tahun ini bukan tahun dimana kami mengejar dan mentargetkan sales. Jadi memang sales-nya masih sangat kecil. Kami harapkan di tahun depan baru terjadi peningkatan untuk sales-nya, sekarang kami fokus kepada infrastruktur yang kami miliki," terang Lianne.
Baca Juga: Trisula International (TRIS) baru realisasikan belanja modal Rp 9 miliar
Dia menambahkan, lini bisnis cold chain ini sebenarnya merupakan pengembangan dari lini bisnis yang telah ada. Seperti misalnya cold chain product, yang model distribusinya itu mirip dengan yang sudah dijalankan perusahaan selama ini, di mana yang menjadi pembeda hanya fasilitas cold chain-nya saja.
Begitu pun dengan lini bisnis e-commerce. Sejak Juni tahun ini, TGKA juga melakukan spin-off (pengalihan) unit bisnis Smart Family ke entitas usaha, PT Tira Satria Niaga.
Tujuan spin-off tersebut, selain untuk memenuhi ketentuan yang ada di UU Ciptaker, juga agar aktivitas usaha direct selling dan e-commerce bisa lebih fokus dikelola serta dikembangkan di anak usaha perseroan.
"Sebenarnya eksisting bisnis kami adalah business to business (b2b). Kini kami kembangkan bukan hanya ke retailer tapi juga ke konsumen langsung di perusahaan baru kami (PT Tira Satria Niaga), supaya prinsipal ketika datang ke TGKA ini kami sudah bisa memberikan one stop solution untuk servisnya. Jadi tidak hanya b2b tapi ditambah business to consumer (b2c)," jelas Lianne.
Mengutip catatan Kontan.co.id, saat ini aktivitas usaha e-commerce di PT Tira Satria Niaga masih dalam tahap pengembangan, melalui platform TiraCommerce (enabler) dan TiraMart (online market place).
Adapun, hingga semester I-2021, TGKA tercatat membukukan pendapatan sebesar Rp 5,94 triliun. Jumlah itu menyusut 10,63% bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp 6,65 triliun.
Sementara dari sisi bottom line, terpantau meningkat dengan torehan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 250,52 miliar, atau tumbuh sekitar 6,10% dibandingkan pencapaian pada periode yang sama tahun 2020 senilai Rp 236,11 miliar.
Selanjutnya: Punya landbank 300 hektare, begini rencana pengembangan PP Properti (PPRO)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News