Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) bakal membangun klasterisasi infrastruktur gas alam cair atau Liquified Natural Gas (LNG). Program itu dikerjakan untuk menyiapkan pasokan LNG yang digunakan dalam gasifikasi pembangkit listrik.
Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN, Syahrial Mukhtar mengungkapkan bahwa pembangunan infrastruktur LNG terbagi menjadi tiga area yaitu Area Barat, Area Tengah, dan Area Timur.
Baca Juga: Baru 1% rumah tangga yang menikmati, ini sejumlah manfaat penggunaan jaringan gas
Syahrial menjelaskan, Area Barat akan dibangun hub di Terminal Arun untuk bisa memasok kebutuhan gas di Nias, Krueng, dan sekitarnya. Sedangkan untuk Area Tengah, emiten gas BUMN berkode PGAS di Bursa Efek Indonesia itu sudah memiliki Floating Storage Regasification Unit (FSRU) di Lampung.
"Dengan sistem breakbulking ke kapal-kapal kecil untuk menyuplai small LNG carrier. Jadi, nanti FSRU Lampung bisa dibawa ke Kalimantan, Bali, NTT, dan NTB," terang Syahrial dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Senin (13/7).
Sementara itu, pada Area Timur akan dibangun Hub perkiraan di Ambon untuk melayani Indonesia Tengah dan Timur seperti Sulawesi, Maluku dan Papua.
Syahrial menyatakan, pelaksanaan pembangunan Infrastruktur LNG dilakukan secara stimulan untuk pembangkit yang sudah dibangun dan dibagi menjadi delapan cluster. Yaitu Cluster Sumatera, Cluster Kalimantan Barat, Cluster Bali Nusra 1, Cluster Bali Nusra 2, Cluster Sulawesi, Cluster Maluku, Cluster Papua Utara, dan Cluster Papua Selatan.
“Tahap Quick Win akan dilaksanakan dengan menggunakan pola operasi follower di lokasi PLTMG Nias, PLTMG Tanjung Selor, dan PLTMG Sorong. Tahun ini ditargetkan selesai," kata Syahrial.
Baca Juga: Dukung sebagai agregator gas, DPR minta PGN lakukan terobosan bisnis
Targetnya, dapat menyediakan harga yang lebih rendah dari High Speed Diesel (HSD) di plant gate pembangkit PT PLN (Persero). Perkiraan penghematan atas konversi penggunaan HSD pada tahap quick win ini diestimasikan sebesar Rp 200 Miliar bagi PLN.
“Kami telah bersama dengan PLN menyepakati skema logistik yang paling optimal. Lokasi Quick Win Nias menggunakan skema transportasi laut dengan LCT dan isotank, Tanjung Selor memakai transportasi darat dengan trucking dan isotank, sedangkan Sorong menggunakan pipa gas,” terang Syahrial.
Sebagai informasi, pada 27 Februari 2020 lalu, PLN dan PT Pertamina (Persero) telah menandatangani Head of Agreement (HoA) terkait penyediaan pasokan dan pembangunan infrastruktur LNG untuk pembangkit tenaga listrik milik PLN.
Pertamina pun telah menunjuk dan menugaskan PGN sebagai Sub Holding Gas untuk melaksanakan penyediaan pasokan dan infrastruktur LNG tersebut. Syahrial bilang, PGN telah melakukan koordinasi secara intensif dengan PLN untuk menyelesaikan perjanjian komersial untuk jangka waktu 20 tahun untuk tahap quick win.
Syahrial berharap bahwa dalam waktu tidak lebih dari dua sampai tiga tahun, program konversi pembangkit listrik BBM ke gas alam sudah terealisasi. Proyek ini juga termasuk ke dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) dan membutuhkan investasi yang sangat besar.
Baca Juga: Pemerintah Akan Membiayai Investasi Chevron di Blok Rokan
Lebih lanjut, Direktur Utama PGN Suko Hartono menyatakan bahwa langkah ini bisa memperkuat struktur usaha PGN selaku Subholding gas, dengan meraih peluang pertumbuhan usaha dari meningkatnya kebutuhan dalam negeri, termasuk pembangkit listrik.
Pemanfaatan gas bumi untuk sektor kelistrikan juga dimaksudkan agar membantu mengurangi ketergantungan pada energi impor dan subsidi BBM. "Selain itu, menjadi respon PGN dalam mendukung program pemerintah menargetkan perbaikan bauran energi primer bagi pembangkit listrik PLN, sekaligus menurunkan emisi gas rumah kaca," kata Suko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News