Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk berupaya meningkatkan efisiensi usahanya. Untuk itu, perusahaan konstruksi ini menggelar dua strategi.
Pertama, berencana membangun terminal aspal curah (TAC). Sejauh ini Jaya Konstruksi masih tahap memilih titik lokasi yang paling efektif memberikan kontribusi bisnis. Yang pasti, lokasinya di Sumatera.
Bukan tanpa alasan Jaya Konstruksi mengincar area Sumatera. Perusahaan yang di Bursa Efek Indonesia dikenal dengan JKON ini menilai permintaan pasar di pulau Sumatera cukup tinggi. Permintaan aspal tertinggi ada di Jambi, yakni rata-rata 28.000 metrik ton (MT) aspal per tahun.
Selain masih menyeleksi lokasi yang paling pas, Jaya Konstruksi juga belum menentukan kapasitas tampung TAC di Sumatera.
Namun JKON menimbang, kapasitas tampung ideal TAC adalah 4.500 metrik ton (MT) aspal. Sebab, semakin besar kapasitas, semakin besar pula biaya operasional yang harus mereka keluarkan.
"Karena aspal, kan, harus terus dipanaskan. Jadi, selain kapasitas, yang paling penting juga kelancaran supplay dan permintaan," kata Hardjanto Agus Priambodo, Direktur PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk.
Demi memuluskan strategi itu, Jaya Konstruksi menganggarkan belanja modal alias capital expenditure (capex) Rp 189 miliar. Dari jumlah ini, Rp 50 miliar akan digunakan untuk pembangunan TAC.
TAC di Sumatera akan melengkapi TAC lain. Jaya Konstruksi sudah memiliki TAC di lokasi lain, seperti di Lombok, Komplek Pelabuhan Lembar, Nusa Tenggara Barat dan Kupang. Kapasitas TAC tersebut bervariasi antara 2.300 MT - 6.000 MT.
Kapal angkut sendiri
Strategi kedua, mengoperasikan kapal pengangkut sendiri, termasuk untuk mengangkut aspal ke lokasi TAC.
Sebelumnya JKON menyewa kapal dari pihak ketiga untuk mengangkut aneka kebutuhan bahan konstruksi. Masalahnya, kapal pihak ketiga itu memiliki rute sendiri. Jadi, jika perusahaan ingin kapal sewaan berlayar ke lokasi di luar rute, mereka harus mengeluarkan biaya tambahan.
Jaya Konstruksi menghitung, jika mengoperasikan kapal sendiri, maka mereka bisa meminimalisir adanya biaya tambahan.
Lantaran ini adalah strategi baru, manajemen JKON belum bisa menghitung secara mendetail, sebesar apa tingkat efisiensi yang akan dihasilkan.
Selain untuk dipakai sendiri, Jaya Konstruksi berpikir untuk menyewakan kapal tersebut. "Bukan hanya untuk efisiensi karena kapal tersebut juga bisa disewa oleh pihak lain," kata Hardjanto.
Sebagai informasi, Jaya Konstruksi membeli kapal tahun lalu senilai Rp 174 miliar. Belanja kapal itu mengambil dana capex 2014 yang sebesar Rp 318 miliar.
Hingga April 2015, Jaya Konstruksi baru memenuhi target peroelahan kontrak baru Rp 1,5 triliun, atau 21,74% dari target tahun ini yakni Rp 6,9 triliun. Alhasil, JKON harus mengejar 78,26% target kontrak anyar lagi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News